Pages

Friday 17 October 2008

Notonegoro

Tatanan Negara (dunia) dalam carut marut Ekonomi

Judul diatas mungkin mengingatkan kita pada konotasi sebuah ramalan tentang inisial presiden yang merupakan terjemahan liar dari ramalan Joyoboyo, tapi enggak usah khawatir karena saya tidak akan membahas itu dalam tulisan saya kali ini. Lagipula saya sudah commit golput dalam pemilu ke depan dan itu berarti gk ada bedanya antara no go atau ro bahkan roro kidul sekalipun hehehe. Judul notonegoro diatas sengaja saya berikan buat kata-kata lebih religi-jawa tentang menata negara, hal ini dikarenakan tidak saya temukannya kata pengganti tata negara (yang sangat identik dengan bahasa hukum dan birokratik).



Sebuah tsunami ekonomi yang terjadi di poros Wall Street, New York memaksa banyak negara dilanda ketakutan akan kesulitan ekonomi bangsanya. Dan pasti anda yang memegang saham saban hari akan dipaksa membaca berita-berita ekonomi yang dag dig dug, dan juga semburan ludah para pengamat ekonomi yang lebih akan mencengangkan hati. Apalagi perasaan pemimpin-pemimpin negara (pastinya yang memikirkan negara ye...) tak berkaruan lagi putaran otaknya.


Bagaimana sich tatanan hubungan antara negara (dalam kata yang lebih keren disebut : globalisasi) sekarang ini, meminjam kamus Scholte, globalisasi paling tidak berhubungan dengan empat dimensi, yaitu dimensi produksi, dimensi pemerintahan, dimensi komunitas, dan dimensi pengetahuan. Pada dimensi produksi, globalisasi telah menimbulkan global kapital. Kapital tidak saja menjadi komoditas, tetapi telah menjadi commodification. Percepatan globalisasi telah memperluas skop commodifikation ke dalam tiga area. Pertama, konsumerisme – banyak berhubungan dengan produk global – telah memperluas bidang industri kapital. Merek-merek global (global branding) menjadi incaran para konsumen global ini, seperti Sony, Armani, Michael Jackson, Coca-Cola, dan lain-lain. Kedua, pertumbuhan skop kapital finansial. Perbankan global, sekuritas global dan jenis-jenis bisnis global lainnya telah secara luar biasa meningkatkan volume dan ragam instrument finansial. Ketiga, globalisasi juga telah menciptakan keadaan-keadaan pertumbuhan besar dalam kapital komunikasi dan informasi. Pada dimensi ini globalisasi juga mereorganisasi perusahaan secara global. Globalisasi pada dimensi pemerintahan mempercepat lima perubahan umum: (i) berakhirnya kedaulatan negara; (ii) reorientasi pelayanan suprateritorial sebaik kepentingan wilayah negaranya; (iii) menurunnya tekanan terhadap jaminan keselamatan sektor publik; (iv) redefinisi penggunaan peperangan; dan (v) meningkatnya ketergantungan terhadap penyusunan regulasi multilateral. Pada dimensi komunitas, globalisasi mendorong (i) peningkatan bentuk bangsa dari state-nation (negara-bangsa) kepada ethno-nation, region-nation, dan transworld-nation; (ii) munculnya identitas kolektif yang tidak didasarkan pada kerangka-kerja nasional; (iii) menikatnya komunitas manusia kosmopolitan kepada komunitas manusia universal; dan (iv) tumbuhnya identitas hibrida dan komunitas yang saling melengkapi dalam politik dunia kontemporer. Globalisasi pada dimensi pengetahuan, disamping meningkatnya rasionalime dengan berbagai atributnya seperti sekularisme, antroposentrisme, saintisme, dan instrumentalisme, juga telah menumbuhkan pengetahuan non-rasional, seperti revivalisme keagamaan, ekosentrisme, dan pemikiran pos-modernisme.


Mari kita lihat sejarah tentang instrumen perdagangan internasional dengan menggunakan instrumen mata uang dollar AS. Setelah krisis ekonomi global terjadi pasca Perang Dunia II melalui pertemuan Breton Woods dirancanglah sebuah sistem mata uang dollar sebagai mata uang utama dalam perdagangan dunia. Sekaligus menjadikan World Bank, International Monetary Fund (IMF) sebagai pengendali sistem keuangan internasional.



Perjanjian Breton Woods pada tahun 1973 kemudian dihapuskan ketika Amerika Serikat secara unillateral memutuskan bahwa Dolar Amerika tidak perlu lagi didukung oleh emas. Sejak itulah Dolar Amerika tidak bedanya dengan lembaran kertas saja.Dengan mata uang dollar AS Amerika Serikat memegang kekuasaan luar biasa yang sangat tidak proporsional. Dengan kertas yang disebut Dolar AS mereka bisa membeli berbagai komoditi seperti minyak, gas, aluminium, emas, dan lain-lain dari negara-negara lain di dunia. Jika mereka perlu lebih banyak komoditi mereka tinggal mencetak saja lagi.



Kita semua tahu USA sebagai negara penggagas globalisasi menjadi bulan-bulanan kesurutan ekonomi dunia kali ini. Seperti tahun 1929 dimana terjadi kekalutan ekonomi, USA benar-benar dibuat mati kutu atas trauma yang terjadi hampir seabad yang lalu.Sudah menjadi sebuah hukum alam, sebuah bencana ekonomi akan diikuti perubahan tatanan ekonomi dunia baru. Banyak gagasan-gagasan muncul, mulai dari gagasan Ekonomi Syariah sampai dengan sosialis. Tapi sepertinya gagasan-gagasan ini kurang populer dikarenakan terlalu mengandalkan sekterian dan ideologi serta tidak diikuti dengan lebih detail dalam pelaksanaanya. Paling banter menjadi suau pilihan produk bagi suatu negara. Bukankah China (negara komunis terbesar) sudah menapak globalisasi?.




Soekarno dan gagasan klasiknya

Tentang tatanan dunia baru sebenarnya ini bukan barang baru. Gagasan ini pernah dilontarkan oleh Soearno, tanggal 30 September 1960 di Gedung PBB, Lake Succes, New York. , Soekarno membacakan teks pidato yang ia juduli: To Build the World A New. Soekarno.
“Kita menginginkan satu Dunia Baru penuh dengan perdamaian den kesejahteraan, satu Dunia Baru tanpa imperialisme dan kolonialisme dan exploitation de l'homme par l'homme et de nation par nation.”


Menurut Soekarno, misi membangun Dunia Baru tak mungkin dipikulkan pada PBB, jika PBB sama sekali enggan memperbaiki diri dari sejumlah kekeliruannya. Kala PBB didirikan belum banyak bangsa di Asia yang merdeka. Kini, kata Soekarno, dunia sudah berubah dengan munculnya the new emerging forces—kekuatan baru dunia ketiga. Karena itu, struktur PBB perlu dirombak. Markas PBB juga mesti dipindahkan dari New York ke negara yang tak terpengaruh dua blok AS dan Uni Soviet yang tengah melancarkan perang dingin. Hak veto pada segelintir anggota elit PBB, yang hingga kini masih terus dipersoalkan, juga dituntut Soekarno untuk dicabut demi keadilan dan persamaan.


Kata keadilan dan persamaan Soekarno ternyata menjadi barang mahal juga dalam sikap ekonomi dunia. Sikap The West and The East dari negeri barat masih belum tuntas juga. Apalagi sistem globalisasi yang sangat merugikan negara-negara berkembang. Soekarno sangat mengetahui bahwa emas merupakan sebuah simbol kekayaan yang sangat stabil bagi dunia (hal ini juga pernah saya dengar dalam sebuah kitab klasik yaki Nasroikhul Ibad...mohon koreksi kalau salah). Bukan suatu kebetulan jika Tugu Monas dibangun dengan nilai emas 24 karat dengan bentukan seperi api (padahal dalam blueprintnya berbentuk seperti semanggi dimana setiap sisinya ada daunnya). The founding father sangat tahu bahwa Indonesia adalah gudangnya devisa sejak dahulu. Dan inilah yang menjadikan para penjajah masuk ke negeri Indonesia ini dengan sebuah misi "gold, glory dan gospel". Jangan sekali-kali melupakan sejarah apalagi memutarbalikannya.



Tatanan Dunia Baru
Ketika JP Morgan mengumpulkan seluruh bankir-bankir di USA dan membentuk The Fed ada 1933 sudah barang tentu ingin membentuk tatanan ekonomi yang lebih aman dan adil bagi seluruh manusia di dunia ini. Sudah saatnya kita untuk kembali menata ulang sistem yang sudah carut marut kepada gagasan yang ideal khususnya kepada kesepakatan para pemimpin dunia yang sudah seabad lama umurnya. Jika tidak permasalahan ekonomi akan menjadi ancaman serius yang tidak mustahil akan menghadirkan Perang Dunia Ke III yang korbannya mungkin akan lebih dahsyat dari sebelumnya. Nusantara bukanlah sebuah sejarah pendek yang mampir sambil lalu . Sekarang atau tidak sama sekali.

No comments:

Chatt Bareng Yuk


Free chat widget @ ShoutMix