Pages

Monday 10 August 2009

Saat Bung Karno Berbicara Krisis Ekonomi

Mau tahu Bung Karno berbicara tentang krisis? Di saat kita semua bingung penjelasan tentang istilah ekonomi plus bumbu-bumbu kecap dari para ekonom, mungkin ini sedikit penjernih bagi kita. Diambil dari buku Filsafat Pancasila menurut Bung Karno:

"Tahun 1929 tempo hari krisis hebat yang kita kenal di sini dengan perkataan "malaise". Kapitalisme itu mempunyai satu penyakit yang "inharent", artinya sudah pembawaan daripada kapitalisme sendiri. Selalu kapitalisme itu diganggu krisis, periodek mesti ada krisisnya.
Nah, saat kapitalisme banyak untung datanglah saat krisis. Pada saat kapitalimse hidup lagi, datanglah lagi krisis. Hidup lagi, banyak untungnya, krisis lagi. Periodik "up and down". "Up" nya ini dinamakan dalam ilmu ekonomi periode conjunctur. Conjunctur dan krisis. Sekarang saya hendak menggambarkan bagaimana rupanya kapitalisme yang sedang naik yang melalui beberapa conjunctur-conjunctur.. Krisis itu terjadi beberapa puluh tahun sekali, tetapi yang dinamakan "iam aufstieg" itu adalah meliputi periode yang lama dari abad ke-18 sampai ke-20.
Jadi selama "aufstieg" itu ada conjunctur dan krisis-conjunctur-krisis. Tetapi garis besarnya pada pokoknya terus naik. Kemudian disitu pada kapitalisme menurun, "niedergang". Inilah beberapa garis yang saya tarik. Garis ini pada saat-saat krisis : krisis naik, conjunctur naik, pada satu ketika krisis lagi, naik lagi, diatasi lagi krisis itu, conjunctur lagi, diatasi lagi, krisis lagi, concjuntur-krisis, conjunctur-krisis.

Bagaimana cara mengatasi jaman conjunctur?apa coraknya?
Barang produksi banyak dan juga laku, sehingga meerwaarde yang masuk di dalam kantong sang pengusaha banyak sekali. Produksi tinggi dan selalu bisa habis terjual. Ini namanya conjunctur. Memang kapitalisme membuat barang untuk dijual. Kapitalime tidak membuat barang untuk individuele consumptive. Sang kapitalis membuat barang itu tidak untuk dirinya. Kapitalis pembikin kue mari misalnya, membikin itu bukan untuk dimakan sendiri. Tidak, tetapi untuk dijual dengan untung. Untung itu ialah sebagian daripada meerwarde yang masuk di dalam kantongnya. Ini adalah sifat kapitalisme : produceren untuk dijual dengan untung.
Nah, pada saat produksi-produksi laku, tetapi sampai kepada satu tingkat yang tidak bisa habis dijual, itu dinmakan overproductie. Itu adalah satu paham relatif, artinya asal barang tidak bisa dijual dinamakan overproductie. Di sini tercapai satu ketika yang barang tidak bisa dijual lagi, produksi mandeg atau terpaksa diperkecil, dikurangi. Datanglah krisis, banyak kaum buruh di ontslag enz. Tetapi pada satu ketika krisis ini yang sudah mencapai dasarnya yang paling rendah, dengan beberapa usaha bisa naik lagi. Usahanya itu apa, kok bisa naik lagi?perbaikan daripada sistem produksi, perbaikan mesin-mesin, cara kerja yang lebih efesien, propaganda daripada produksinya yang lebih menarik kepada rakyat; penekanan daripada tenaga kaum buruh yang georganiseerd di dalam serikat-serikat etc, etc. Naik lagi. Produksi bisa bertambah laku pula. Conjunctur pada satu saat tercapai lagi, maksimum. Di situ krisis, yaitu tidak terjual; dus kalau terus produksi rugi nanti, tidak terjual. tetapi dengan cara perbaikan lagi disempurnakan cara produksi, etc, etc;naik lagi, krisis, naik lagi.
Tetapi pada satu ketika timbullah puncak maksimum, puncak maksimum daripada kecakapan manusia, untuk memperbaiki alat-alat. Mesin-mesin sudah tidak bisa dipergunakan lagi. Sistem bedrijf (perusahaan) sudah geperfectioneerd. Di balik itu tenaga daripada kaum buruh makin lama makin diorginisir. Di sini gerakan kaum buruh mulai tumbuh dan makin lama makin kuat.
Jadi, meskipun sistem produksi, sistem bedrijff diperbaiki sampai pada suatu saat tidak bisa diperbaiki lagi, maksimum capasiteit, toh tidak bisa terus conjunctur, oleh karena tuntutan kaum buruh kekuasaan kaum buruh juga semakin naik. Meerwaarde yang masuk di dalam kantong si kapitalis makin lama makin kecil dan ditentang oleh kaum buruhnya.
................................................................................
................................................................................

Nah demikian pula ini Saudara-saudara. Pada suatu ketika tercapailah "het absolute maximum", krisis, coba lagi, conjunctur-conjunctur, krisis lagi. Coba dengan macam-macam lagi. Bahkan nanti tenaga atom dikerjakan juga yang dipakai untuk menjalankan pabrik, untuk menjalankan mesin-mesin. Tenaga atom itu sudah geperfectioneerd, ettapi sistemnya salah, yaitu sistem meerwaarde. Dan sebagian dari meerwaarde itu sudah masuk kantong daripada pengusaha. Itu sistim kapitalisme.
....................................................................................
....................................................................................

Nah disinilah kapitalisme lantas berkata : Tidak berjalan parlementaire. Disinilah kapitalisme mempergunakan "laatste reddingspoging van het kapitalisme" yaitu fasisme. Tidak diberi kesempatan kepada semua orang untuk menjalankan demokrasi; tidak diberi kesempatan kepada si kaum buruh intuk mengirimkan wakilnya di dalam parlemen; tetapi kekuasaan di dalam tangannya si diktaktor. entah diktaktor namanya Hitler, entah diktaktor namanya Mussolini, Franco, atau apapun, tetapi itu adalah corak daripada kapitalisme im niedergang.
..................................................................................
............................................
Nah, dus Saudara-saudara, kita yang melihat cacat-cacat daripada productiewijze daripada kapitalisme, melihat daripada cacat cacat parlimentaire democratie, kitalah yang sebaliknya amanat penderitaan daripada bangsa Indonesia, memikul kewajiban untuk menyelenggarakan masyarakat yang bukan masyarakat kapitalisme, tetapi masyarakat yang adil dan makmur.
(Filsafat pancasila menurut bungkarno hal 263-268)

No comments:

Chatt Bareng Yuk


Free chat widget @ ShoutMix