Pages

Thursday 30 October 2008

Dewi Soekarno, Jepang dan Indonesia

Tayangan Metro TV pada hari Rabu, 29 Oktober 2008 pukul 19.30 WIB begitu spesial (gk pake telor lho hehehe). Iya, tayangan itu berupa Wawancara eksklusif Dewi Soekarno, janda matan Presiden Soekarno yang dilangsungkan di Tokyo, Jepang, dan dipandu oleh Dalton Tanonaka, mantan penyiar CNN, CNBC, dan co-host program Indonesia Now di Metro TV. Wawancara dalam teks Inggris itu menyiratkan pengalaman dan juga perjuangan seorang Dewi Soekarno baik ketika menjadi istri maupun setelah berada di luar negeri, khususnya Paris.



Dewi yang dalam usia senjanya masih terlihat cantik menuturkan dengan gaya seorang wanita yang penuh dengan aura kewibawaan. Dewi Soekarno, menggambarkan bahwa dirinya adalah seorang yang sangat penting (dan juga terkenal) pada periodenya. Menurutnya dia adalah salah satu dari tiga orang Jepang yang dikenal oleh dunia selain istri kaisar dan Yoko Ono, istri seorang punggawa band asal inggris The Beatles. Dewi juga masih bisa mengumbar daya sensasionalnya dengan mengatakan pernah bekerja di klub porno Paris, Perancis sesudah meninggalkan tanah air. Bisa jadi wawancara ini merupakan biografi singkat sekaligus buku putih. Buku putih?iya, betapa tidak Dewi yang dituduh menjadi biang kerok yang mengubah gaya hidup Soekarno yang pada tahun 1960an berubah jadi lebih royal. Dalam statementnya secara gamblang Dewi menolak dipersandingkan dengan Imelda Marcos, janda Presiden Filipina Ferdinand Marcos. Dewi berargumen bahwa dia bisa fight hidup mandiri sedangkan Imelda hidup bergantung hasil jarahan korupsi. Bahkan lebih sensasional lagi, dia mengatakan bahwa tidak ada Ibu Negara yang sehebat dia sekarang ini, karena kebanyakan Ibu Negara sekarang hanya berdiri di belakang suaminya, suatu hal yang lumrah dalam adat timur.



Kita coba tengok ke belakang secara singkat tentang Dewi. Hubungan dengan Soekarno dicomblangi Masao Kubo, Direktur Utama Tonichi Inc, hubungan mereka berlanjut sampai ke pelaminan, 3 Maret 1962. Berkat peran Dewi itulah, Tonichi katanya mendapatkan banyak proyek dari Pemerintah RI. Kehadiran Dewi mampu menyisihkan Sakiko Kanase, yang lebih dulu diperkenalkan kepada Soekarno oleh perusahaan Kinoshita. Sakiko, yang sempat masuk Islam dan berganti nama menjadi Saliku Maisaroh, kecewa dan bunuh diri, tiga minggu setelah Dewi menikah dengan Soekarno. Dari beberapa kasus yang muncul belakangan ini, seperti perseteruannya dengan Tomy Winata, tentang sengketa tanah di SCBD, Sudirman, sedikit banyak dapat memberikan gambaran bahwa sosok Dewi kala Soekarno berkuasa banyak berperan dan berpengaruh. Juga tentang proyek2 perusahaan Jepang di Indonesia membuktikan dia punya andil besar dalam melobi dan mempengaruhi sang presiden. Kepiawaiannya itu jauh melebihi istri2 presiden yang lain seperti Fatmawati dan Hartini, yang lebih terlihat sebagai sosok yang nrimo.



Sosok Dewi selanjutnya banyak disorot setelah dia hijrah dari Indonesia pasca kejatuhan dan meninggalnya Soekarno. Kepiawaiannya dalam bergaul dikalangan jet set, dengan embel2 mantan first lady Seokarno, sering jadi bahan berita. Satu hari, ia diberitakan berantem dengan rekan bisnisnya dalam sebuah club yang mengakibatkan dia harus merasakan terali besi. Yang lebih menghebohkan lagi adalah buku biografi tanpa kata, hanya kumpulan foto yang menggambarkan perjalanan hidupnya, Madame D Syuga, yang diakuinya sebagai hasil seni dengan kualitas yang tinggi bukan sebagai produk pornography. Di Jepang, konon namanya masih berkibar dengan membuat program variety show untuk para ibu2 ataupun menjadi juri beauty contess Miss International yang di selenggarakan di Jepang. Diapun aktif dalam beberapa kegiatan amal untuk kegiatan kemanusiaan.



Apa sih pelajaran yang dapat kita ambil? Seorang senior saya yang pernah mengambil gelar pasca sarjana di Birmingham, Inggris dalam tesisnya dia meneliti tentang hubungan pinjaman Jepang ke Indonesia. Dalam tesisnya, dia memberikan sebuah gambaran bahwa adanya "syarat tak tertulis" bahwa pinjaman Jepang yang dengan bunga tinggi (tapi dianggap lunak oleh pemerintah RI waktu orba) harus diberikan kepada perusahaan yang pemilikan modalnya adalah dari negara Jepang. Jadi dengan ini Jepang dapat memperoleh keuntungan dari bunga dan juga laba perusahaan. Bisa dibayangkan break even pointnya berapa tahun tuh. Hal ini pun pernah saya konfirmasikan ke seorang rekan saya yang bekerja di perusahaan jepang, dan dia membenarkan hal itu. Tesis ini pun berlaku dalam kondisi Indonesia sampai sekarang.



Dari kejadian diatas, menjadi sebuah pembenar pepatah "There is no free lunch" dalam hubungan internasional. Sungguh berdikari adalah sangat baik. Tapi hal itu sulit bukan?karena godaan wanita dan harta sudah siap menjadi setan yang abadi. Lebih lanjut kita bahas tentang hubungan Jepang dan Indonesia dalam skala lebih luas lagi.





referensi :
Metro TV
gatra.com
http://papahnyalazuward.wordpress.com

No comments:

Chatt Bareng Yuk


Free chat widget @ ShoutMix