Pages

Tuesday 4 March 2008

Sutan Takdir Alisyahbana : Sang Barat dari Tanah Batak


Ketika wangsa walanda jajah bumi nusantara, banyak orang berpikir bahwa mereka akan memakan bulat-bulat negeri ini. Banyak para pemikir dan sastrawan ketika itu menyatakan bahwa budaya baratlah yang menggerogoti budaya nusantara. Namun, Sutan Takdir Alisyahbana berpikir lain, seperti sebuah kutipan yang saya ambil di tempointeraktif.com, Rabu tanggal 13 Februari 2008 tentang STA :

Salah satu prinsip terkenal yang dikemukakan lelaki yang tutup usia pada umur 86 tahun di Jakarta ini adalah agar bangsa Indonesia becermin dari budaya Barat (Eropa dan Amerika) jika ingin maju. Dalam Kongres Bahasa Indonesia di Solo pada 1938, Sutan menyerang beberapa pemikir yang dianggapnya cenderung antiegoisme, antiintelektulisme, dan antimaterialisme.

Ketika mencetuskan ide itu, Sutan berangkat dari kondisi riil masyarakat Indonesia yang masih terkungkung feodalisme yang tidak memberi ruang bagi intelektualisme. Sikap "pro-Barat" ini kembali ditegaskan pada November 1985 dalam ceramahnya di gedung Baliologi, Denpasar, Bali.

Sebuah sikap STA tersebut lambat laun menghinggapi pola pikir intelektual modern kita, sayang sikap feodalisme muncul kembali dengan menjalar pada birokrasi dan ormas2 sehingga kemajuan yang dibayangkan oleh STA tidak sampai ke seluruh masyarakat Indonesia.

Seringkali kita mendengar sebuah ceramah baik dari kalangan pendidikan maupun religi yang mengatakan westernisasi adalah sebuah pola pengrusakan budaya Indonesia yang dilakukan oleh Barat. Hal itu seolah-olah benar ketika generasi Muda kita dihinggapi sebuah sindrom meniru dari bangsa lain khususnya barat yang memiliki sebuah kebudayaan yang lebih maju terlebih dahulu. Mengenai polemik tentang isu negatif

Sayang kebudayaan meniru itu tidak diletakkan pada esensi dari kebudayaan itu sendiri. Malah lebih sering pada asesoris kebudayaan yang mengandung sampah-sampah yang bernafaskan syahwat.

Dalam bayangan pikiran STA ini, saya melukiskan ketika petani apel di Batu, Malang mampu untuk "meniru" petani Inggris dalam mengelola dan memasarkan pertanian sehingga mereka dapat mempunyai gain yang lebih dalam produksinya, sebuah lukisan ketika pedagang sayur mayur "mencontoh" cara mengemas, dan memasarkan produknya agar lebih segar seperti di negeri Eropa, dan sekelebat mimpi ketika Pemerintah kita "memplagiat" cara Finlandia menjaga hutannya sehingga hutan tetap lestari meski produk kayunya padahal sangat disegani.

No comments:

Chatt Bareng Yuk


Free chat widget @ ShoutMix