Blog ini berisi tentang lelaku sejarah kehidupan yang mencoba untuk dituliskan agar dapat bermanfaat sebagai pelajaran untuk kita bersama
Thursday, 9 July 2009
Sensasi Pertama Ikut Pemilu
Pemilu di tempatku tergolong lengang. Bahkan di tetangga desaku, lebih dari separoh dimenangkan oleh Golput. Di tempatku sendiri, dimana Perumahan baru yang dihuni kebanyakan pegawai negeri/TNI dan pensiunan bisa ditebak kemenangan ada di pihak Incumbent, SBY. Secara acak sebelum pemilu, saya pernah bertanya
"sampeyan pilih apa pak?"
"yang naikin gaji dong"
heheheh. Sah-sah saja manusia memikirkan dirinya dulu sebelum berpikir sosial. Saya sih berharap seluruh rakyat Indonesia bisa jadi Pegawai Negeri Semua dan berpendapat seperti diatas. Jika jadi PNS semua, dipastikan rakyat kita tidak miskin deh hehehhe.
Singkat cerita saya contreng nomer satu pada gambar Mr. Prabowo, sedangkan istri saya meski datang ke bilik suara, tapi tidak mencontreng satu gambar pun alias Golput. Saya tanya ke istri saya :
"eh kenapa kok gk dicontreng"
"ah saya datang sebagai rasa tenggang rasa antar tetangga aja, kan gk enak kalau gk datang, dikirain kita gimana gitu"
Dasar Ibu-ibu selalu berpikir tentang kehidupan sosial sekitarnya yang memang selalu menjadi lalapan hidup keseharian. Andaikan ibu-ibu seluruh Indonesia seperti istri saya, wah bisa repot KPU. Golput pun menang dan semua kandidat akan sungkan untuk menyatakan kemenangannya karena rasa tenggang rasa.
Nampaknya Pilpres pun cepat bergulir. Dari hasil Quick Count terpilih SBY unggul jauh (kasihan banget Pak JK yang belakangan diunggulkan oleh survei ternyata benar benar jadi JK-Juri Kunci). Saya pun sedikit banyak melakukan Interview sederhana dengan rayuan lembut.
"bagaimana pendapat Bapak tentang hasilnya"
"Ya seperti iklan di TV pak "lanjutkan"
"iya ya, artinya anda berharap perubahan lebih baik"
"saya sih pengen seperti ini sajalah, gaji terus naik"
"iya ya saya mengerti pak"
Dalam benakku, saya teringat tentang tetanggaku, namanya Mr Syukur...meski tiap hari mengeluh tentang bon bon gaji dan juga pendidikan yang semakin mahal tetap aja syukur karena namanya adalah syukur....Semoga rakyat Indonesia benar benar pandai mensyukuri Pilpres untuk menjadi lebih baik daripada hari esok....
Tapi kalau tetap seperti ini sajalah, dan "bersyukur" ya monggo saja...namanya Demokrasi kan?
Wednesday, 5 November 2008
Gorengan Citayam Rasa Wall Street
Pagi ini sekitar pukul 5 pagi di sebuah stasiun citayam, Bogor. Saya berjalan untuk mencari sebuah mangsa sebagai pengganjal perut sebelum harus berjibaku dalam medan perang kereta ekonomi. Nasi uduk. Ahhh kemarin sudah, Ganti ah. Nah ketemu dengan seorang penjual gorengan, "wah ada onde-onde dan molen pisang" gumamku dalam hati. Langsung saja aku comot dengan tangan pada sebuah wadah bambu yang hanya ditutupi plastik tipis.
"berapa bang?" tanyaku sambil mengeluarkan satu lembar ribuan
"ambil satu lagi, biar pas mas" pedagang
"oh ya bang" tanyaku dengan menyumpal mulutku dengan molen, benar benar lezat rasanya.
Mondar mandir, menunggu kereta datang, masih saja lampu merah menyala di pojokan, tanda penantian masih lama. Kembali saya ke pedagang untuk sedikit basa basi sebagai hiburan, apalagi dari logatnya yang jawani pasti enak deh buat ngobrol.
"Pak, biasanya kereta datang jam berapa ya" tanyaku sembari melongok ke arah kereta lewat
"Wah, saya orang baru disini, saya nggak tahu pasti pak" jawab pedagang yang pakai alas kepala dan sarung laiknya orang suku tengger
"lho, baru berapa bulan?" tambahku
"wah baru, baru setelah lebaran kemarin mas" tangkasnya
"Aslinya dari mana pak" dengan nada pendek dan sok akrab aku bertanya
"dari kebumen, mas dari mana" kata pedagang
"saya asli dari mojokerto, jawa timur. Lho emang dulu kerjanya dimana pak, kok katanya masih baru?" tambahku
"oh saya dulu bekerja sebagai ngrongsok (mengumpulkan rosokan bekas). Tapi sekarang hancur mas. Dari dulu kardus atau plastik aqua yang sekilo 12 ribu sekarang hancur menjadi 2 ribu. Nah sekarang saya mending beralih ke pedagang ginian" jawabnya seraya bercerita.
"Oh iya pak"
Itu kalimat terakhirku, karena percakapan itu diakhiri dengan datangnya kereta ekonomi yang membawaku ke Jakarta.
Di dalam kereta, saya berpikir bagaimana mungkin harga plastik rongsokan dari 12 ribu per kg menjadi 2 ribu per Kg yang harus mengorbankan para kuli rongsokan. Saya tidak percaya begitu cepatnya efek dari keruntuhan Wall Street masuk dalam sektor riil yang paling bawah. Saya nggak percaya bagaimana fundamental ekonomi yang katanya baik-baik saja oleh peemrintah, ternyata sudah memakan korban profesi bawah. Bukankah kita belum kena krisis seperti kata pak Jusuf kalla sebelumnya. Bukankah yang krisis itu pemegang saham yang notabene orang-orang kaya. Tetapi tidak mustahil bukan, para eksportir dari luar khususnya USA dan cina bergerak cepat mengalihkan sampah-sampah mereka (pastinya yang memiliki nilai jual) ke negeri kita yang merupakan pansga pasar yang cukup menggiurkan. Masak saya tidak paham betul sih tentang nilai pasar yang harus dijelaskan oleh permintaan dan penawaran. Sungguh hatiku lebih berbicara daripada logika. Sungguh saya...ahhhh terlalu jauh mungkin...akan lebih terpesok lagi dalam sebuah krisis yang sumber magnititudenya jauuuuuuuuh disana, di USA.
Rasa onde-onde dan molen, begitu enak sampai masih terasa, mungkin Pedagang gorengan di citayam dapat menamai dagangannya dengan "gorengan Wall street" sebagai pengingat kisah hidupnya pada periode saat ini.
Thursday, 30 October 2008
Dewi Soekarno, Jepang dan Indonesia
Tayangan Metro TV pada hari Rabu, 29 Oktober 2008 pukul 19.30 WIB begitu spesial (gk pake telor lho hehehe). Iya, tayangan itu berupa Wawancara eksklusif Dewi Soekarno, janda matan Presiden Soekarno yang dilangsungkan di Tokyo, Jepang, dan dipandu oleh Dalton Tanonaka, mantan penyiar CNN, CNBC, dan co-host program Indonesia Now di Metro TV. Wawancara dalam teks Inggris itu menyiratkan pengalaman dan juga perjuangan seorang Dewi Soekarno baik ketika menjadi istri maupun setelah berada di luar negeri, khususnya Paris.
Dewi yang dalam usia senjanya masih terlihat cantik menuturkan dengan gaya seorang wanita yang penuh dengan aura kewibawaan. Dewi Soekarno, menggambarkan bahwa dirinya adalah seorang yang sangat penting (dan juga terkenal) pada periodenya. Menurutnya dia adalah salah satu dari tiga orang Jepang yang dikenal oleh dunia selain istri kaisar dan Yoko Ono, istri seorang punggawa band asal inggris The Beatles. Dewi juga masih bisa mengumbar daya sensasionalnya dengan mengatakan pernah bekerja di klub porno Paris, Perancis sesudah meninggalkan tanah air. Bisa jadi wawancara ini merupakan biografi singkat sekaligus buku putih. Buku putih?iya, betapa tidak Dewi yang dituduh menjadi biang kerok yang mengubah gaya hidup Soekarno yang pada tahun 1960an berubah jadi lebih royal. Dalam statementnya secara gamblang Dewi menolak dipersandingkan dengan Imelda Marcos, janda Presiden Filipina Ferdinand Marcos. Dewi berargumen bahwa dia bisa fight hidup mandiri sedangkan Imelda hidup bergantung hasil jarahan korupsi. Bahkan lebih sensasional lagi, dia mengatakan bahwa tidak ada Ibu Negara yang sehebat dia sekarang ini, karena kebanyakan Ibu Negara sekarang hanya berdiri di belakang suaminya, suatu hal yang lumrah dalam adat timur.
Kita coba tengok ke belakang secara singkat tentang Dewi. Hubungan dengan Soekarno dicomblangi Masao Kubo, Direktur Utama Tonichi Inc, hubungan mereka berlanjut sampai ke pelaminan, 3 Maret 1962. Berkat peran Dewi itulah, Tonichi katanya mendapatkan banyak proyek dari Pemerintah RI. Kehadiran Dewi mampu menyisihkan Sakiko Kanase, yang lebih dulu diperkenalkan kepada Soekarno oleh perusahaan Kinoshita. Sakiko, yang sempat masuk Islam dan berganti nama menjadi Saliku Maisaroh, kecewa dan bunuh diri, tiga minggu setelah Dewi menikah dengan Soekarno. Dari beberapa kasus yang muncul belakangan ini, seperti perseteruannya dengan Tomy Winata, tentang sengketa tanah di SCBD, Sudirman, sedikit banyak dapat memberikan gambaran bahwa sosok Dewi kala Soekarno berkuasa banyak berperan dan berpengaruh. Juga tentang proyek2 perusahaan Jepang di Indonesia membuktikan dia punya andil besar dalam melobi dan mempengaruhi sang presiden. Kepiawaiannya itu jauh melebihi istri2 presiden yang lain seperti Fatmawati dan Hartini, yang lebih terlihat sebagai sosok yang nrimo.
Sosok Dewi selanjutnya banyak disorot setelah dia hijrah dari Indonesia pasca kejatuhan dan meninggalnya Soekarno. Kepiawaiannya dalam bergaul dikalangan jet set, dengan embel2 mantan first lady Seokarno, sering jadi bahan berita. Satu hari, ia diberitakan berantem dengan rekan bisnisnya dalam sebuah club yang mengakibatkan dia harus merasakan terali besi. Yang lebih menghebohkan lagi adalah buku biografi tanpa kata, hanya kumpulan foto yang menggambarkan perjalanan hidupnya, Madame D Syuga, yang diakuinya sebagai hasil seni dengan kualitas yang tinggi bukan sebagai produk pornography. Di Jepang, konon namanya masih berkibar dengan membuat program variety show untuk para ibu2 ataupun menjadi juri beauty contess Miss International yang di selenggarakan di Jepang. Diapun aktif dalam beberapa kegiatan amal untuk kegiatan kemanusiaan.
Apa sih pelajaran yang dapat kita ambil? Seorang senior saya yang pernah mengambil gelar pasca sarjana di Birmingham, Inggris dalam tesisnya dia meneliti tentang hubungan pinjaman Jepang ke Indonesia. Dalam tesisnya, dia memberikan sebuah gambaran bahwa adanya "syarat tak tertulis" bahwa pinjaman Jepang yang dengan bunga tinggi (tapi dianggap lunak oleh pemerintah RI waktu orba) harus diberikan kepada perusahaan yang pemilikan modalnya adalah dari negara Jepang. Jadi dengan ini Jepang dapat memperoleh keuntungan dari bunga dan juga laba perusahaan. Bisa dibayangkan break even pointnya berapa tahun tuh. Hal ini pun pernah saya konfirmasikan ke seorang rekan saya yang bekerja di perusahaan jepang, dan dia membenarkan hal itu. Tesis ini pun berlaku dalam kondisi Indonesia sampai sekarang.
Dari kejadian diatas, menjadi sebuah pembenar pepatah "There is no free lunch" dalam hubungan internasional. Sungguh berdikari adalah sangat baik. Tapi hal itu sulit bukan?karena godaan wanita dan harta sudah siap menjadi setan yang abadi. Lebih lanjut kita bahas tentang hubungan Jepang dan Indonesia dalam skala lebih luas lagi.
referensi :
Metro TV
gatra.com
http://papahnyalazuward.wordpress.com
Monday, 27 October 2008
Jiwa Muda
Pertanyaan dan pernyataan diatas mungkin banyak mengelayuti di otak-otak para pemuda khususnya para ABG melihat tradis peringatan sumpah pemuda yang sangat formal dan iklan yang kurang mengena. Apalagi ketika orang berbicara sumpah pemuda dengan nafas politik, sangat menjemukan sekali !!! setidaknya itu yang sering saya dengar.
Siapa sih makhluk yang bernama pemuda itu, sebuah nama yang memproklamirkan sebagai cikal bakal bangsa Indonesia??
Mbah Kakung, umurnya diatas seabad (kata orang-orang sekitarnya), dia tinggal di sebuah bukit nan jauh dari kerumunan kota di sebuah kabupaten yang terletak di perbatasan jawa timur dan jawa tengah. Sosok yang jelas bekerja sebagai petani, dan sebagai sambilan ya mengobati orang-orang sekitar dengan pengobatan alternatif. Pastinya tidak bisa dianggap muda lagi. Badannya yang sudah nggak kokoh lagi jelas tampak. Tapi jangan tanya kalau bicara masalah nasionalisme. Dadanya akan berkobar-kobar layaknya masih dalam perjuangan kemerdekaan. Jangan pula anda mengetest tentang globalisasi, apalagi tentang krisis ekonomi global. Karena apa?karena dia begitu hafal tentang struktur World Bank dan pula efek domino terhadap krisis. Melihat jiwa orang tersebut sepertinya Indonesia akan tetap awet remaja lagi.
Syam, seorang lulusan pasca sarjana di bidang magister manajemen di universitas negeri ternama yang bekerja di konsultan Pajak. Enerjik dan cerdas itulah penampilan dari luar, ditopang dengan gaya eksekutif yang memang cukup menjanjikan. Masalah uang, dia hanya sekali telepon maka rekeningnya akan terisi dengan ratusan juta rupiah. Berbicara dengan gaya eksklusif, dengan bahasa inggris campur dengan bahasa indonesia yang istilahnya sangat jauh daripada bahasa pasaran. Lebih tepatnya jempolan gitu lho. Tapi namanya konsultan pajak, anak muda ini pasti tahu bagaimana cara menyiasati pajak negara. Hanya dengan klik dan klik antara pemeriksa pajak dan dirinya, disertai dengan lampiran wajib (baca : uang sogok) maka SPT dan juga laporan keuangan akan disulap sekehendak hati. Untuk sebulan miliaran rupiah didapat. Ya 2,5 persen buat sodaqah dan yang lain untuk menunjang kebutuhan hidup. Begitulah cerita dia. Mungkin kita akan bertanya kepada dia : Apakah anda tidak merasa merugikan negara dan bangsa?, jawabnya : Lho kita kan proesional sebagai konsultan, ya seperti pengacara, kita dibayar oleh klien kami, jika ada duit berlebih itu namanya tips. Lagian negara juga gk akan miskin kok kalau duitnya Cuma saya ambil semilyar. Coba lihat koruptor itu, lebih parah dari saya. Tentu jika melihat remaja kayak gini maka Indonesia akan cepet tua atau sekarat bukan?
Lain lagi, ketika kita jumpai sebuah nuansa yang relatif monoton. Dimana itu?iya, di birokrasi. Ketika anak muda masuk sebagai pegawai, begitu hasrat menggebu untuk menumpahkan tenaga dan pikiran buat nusa dan bangsa. Diklat begitu digencarkan untuk menata moral dan juga teknik. Namun ketika berada dalam suasana kantor. Semangat itu akan luntur. Semangat itu akan dikenduri dengan reward yang kurang baik (hanya berada diatas UMR), kondisi yang resistensi (kreatifitas akan berkurang karena tidak jelasnya sistem), dan tekanan feodalisme dari sang atasan. Bukan menjadi rahasia lagi, pembicaraan sebuah kantor birokrasi hanyalah berkisar uang-uang dan uang, pangkat-pangkat dan pangkat sehingga pelayanan kepada masyarakat akhirnya terbengkalai. Jika birokrasi sebagai darah negara hanya mengalir lambat maka jangan harapkan negara melaju kencang.
Dari contoh diatas, maka pemuda adalah jiwa. Ketika seseorang yang dapat menggairahkan sebuah nusa dan bangsa itulah yang disebut pemuda. Sangat lucu ketika ada sebuah perdebatan mengenai tokoh tua dan muda di kancah politik. Hal itu menunjukkan bahwa tak ada lagi semangat muda yang ada di negara ini karena darah-darah segar itu beku.
Hanyalah jantung yang sehat yang dapat menghasilkan sebuah darah yang segar untuk dipompakan ke segala penjuru dan ruang pembangunan.
Friday, 17 October 2008
Notonegoro
Judul diatas mungkin mengingatkan kita pada konotasi sebuah ramalan tentang inisial presiden yang merupakan terjemahan liar dari ramalan Joyoboyo, tapi enggak usah khawatir karena saya tidak akan membahas itu dalam tulisan saya kali ini. Lagipula saya sudah commit golput dalam pemilu ke depan dan itu berarti gk ada bedanya antara no go atau ro bahkan roro kidul sekalipun hehehe. Judul notonegoro diatas sengaja saya berikan buat kata-kata lebih religi-jawa tentang menata negara, hal ini dikarenakan tidak saya temukannya kata pengganti tata negara (yang sangat identik dengan bahasa hukum dan birokratik).
Sebuah tsunami ekonomi yang terjadi di poros Wall Street, New York memaksa banyak negara dilanda ketakutan akan kesulitan ekonomi bangsanya. Dan pasti anda yang memegang saham saban hari akan dipaksa membaca berita-berita ekonomi yang dag dig dug, dan juga semburan ludah para pengamat ekonomi yang lebih akan mencengangkan hati. Apalagi perasaan pemimpin-pemimpin negara (pastinya yang memikirkan negara ye...) tak berkaruan lagi putaran otaknya.
Bagaimana sich tatanan hubungan antara negara (dalam kata yang lebih keren disebut : globalisasi) sekarang ini, meminjam kamus Scholte, globalisasi paling tidak berhubungan dengan empat dimensi, yaitu dimensi produksi, dimensi pemerintahan, dimensi komunitas, dan dimensi pengetahuan. Pada dimensi produksi, globalisasi telah menimbulkan global kapital. Kapital tidak saja menjadi komoditas, tetapi telah menjadi commodification. Percepatan globalisasi telah memperluas skop commodifikation ke dalam tiga area. Pertama, konsumerisme – banyak berhubungan dengan produk global – telah memperluas bidang industri kapital. Merek-merek global (global branding) menjadi incaran para konsumen global ini, seperti Sony, Armani, Michael Jackson, Coca-Cola, dan lain-lain. Kedua, pertumbuhan skop kapital finansial. Perbankan global, sekuritas global dan jenis-jenis bisnis global lainnya telah secara luar biasa meningkatkan volume dan ragam instrument finansial. Ketiga, globalisasi juga telah menciptakan keadaan-keadaan pertumbuhan besar dalam kapital komunikasi dan informasi. Pada dimensi ini globalisasi juga mereorganisasi perusahaan secara global. Globalisasi pada dimensi pemerintahan mempercepat lima perubahan umum: (i) berakhirnya kedaulatan negara; (ii) reorientasi pelayanan suprateritorial sebaik kepentingan wilayah negaranya; (iii) menurunnya tekanan terhadap jaminan keselamatan sektor publik; (iv) redefinisi penggunaan peperangan; dan (v) meningkatnya ketergantungan terhadap penyusunan regulasi multilateral. Pada dimensi komunitas, globalisasi mendorong (i) peningkatan bentuk bangsa dari state-nation (negara-bangsa) kepada ethno-nation, region-nation, dan transworld-nation; (ii) munculnya identitas kolektif yang tidak didasarkan pada kerangka-kerja nasional; (iii) menikatnya komunitas manusia kosmopolitan kepada komunitas manusia universal; dan (iv) tumbuhnya identitas hibrida dan komunitas yang saling melengkapi dalam politik dunia kontemporer. Globalisasi pada dimensi pengetahuan, disamping meningkatnya rasionalime dengan berbagai atributnya seperti sekularisme, antroposentrisme, saintisme, dan instrumentalisme, juga telah menumbuhkan pengetahuan non-rasional, seperti revivalisme keagamaan, ekosentrisme, dan pemikiran pos-modernisme.
Mari kita lihat sejarah tentang instrumen perdagangan internasional dengan menggunakan instrumen mata uang dollar AS. Setelah krisis ekonomi global terjadi pasca Perang Dunia II melalui pertemuan Breton Woods dirancanglah sebuah sistem mata uang dollar sebagai mata uang utama dalam perdagangan dunia. Sekaligus menjadikan World Bank, International Monetary Fund (IMF) sebagai pengendali sistem keuangan internasional.
Perjanjian Breton Woods pada tahun 1973 kemudian dihapuskan ketika Amerika Serikat secara unillateral memutuskan bahwa Dolar Amerika tidak perlu lagi didukung oleh emas. Sejak itulah Dolar Amerika tidak bedanya dengan lembaran kertas saja.Dengan mata uang dollar AS Amerika Serikat memegang kekuasaan luar biasa yang sangat tidak proporsional. Dengan kertas yang disebut Dolar AS mereka bisa membeli berbagai komoditi seperti minyak, gas, aluminium, emas, dan lain-lain dari negara-negara lain di dunia. Jika mereka perlu lebih banyak komoditi mereka tinggal mencetak saja lagi.
Kita semua tahu USA sebagai negara penggagas globalisasi menjadi bulan-bulanan kesurutan ekonomi dunia kali ini. Seperti tahun 1929 dimana terjadi kekalutan ekonomi, USA benar-benar dibuat mati kutu atas trauma yang terjadi hampir seabad yang lalu.Sudah menjadi sebuah hukum alam, sebuah bencana ekonomi akan diikuti perubahan tatanan ekonomi dunia baru. Banyak gagasan-gagasan muncul, mulai dari gagasan Ekonomi Syariah sampai dengan sosialis. Tapi sepertinya gagasan-gagasan ini kurang populer dikarenakan terlalu mengandalkan sekterian dan ideologi serta tidak diikuti dengan lebih detail dalam pelaksanaanya. Paling banter menjadi suau pilihan produk bagi suatu negara. Bukankah China (negara komunis terbesar) sudah menapak globalisasi?.
Soekarno dan gagasan klasiknya
Tentang tatanan dunia baru sebenarnya ini bukan barang baru. Gagasan ini pernah dilontarkan oleh Soearno, tanggal 30 September 1960 di Gedung PBB, Lake Succes, New York. , Soekarno membacakan teks pidato yang ia juduli: To Build the World A New. Soekarno.
“Kita menginginkan satu Dunia Baru penuh dengan perdamaian den kesejahteraan, satu Dunia Baru tanpa imperialisme dan kolonialisme dan exploitation de l'homme par l'homme et de nation par nation.”
Menurut Soekarno, misi membangun Dunia Baru tak mungkin dipikulkan pada PBB, jika PBB sama sekali enggan memperbaiki diri dari sejumlah kekeliruannya. Kala PBB didirikan belum banyak bangsa di Asia yang merdeka. Kini, kata Soekarno, dunia sudah berubah dengan munculnya the new emerging forces—kekuatan baru dunia ketiga. Karena itu, struktur PBB perlu dirombak. Markas PBB juga mesti dipindahkan dari New York ke negara yang tak terpengaruh dua blok AS dan Uni Soviet yang tengah melancarkan perang dingin. Hak veto pada segelintir anggota elit PBB, yang hingga kini masih terus dipersoalkan, juga dituntut Soekarno untuk dicabut demi keadilan dan persamaan.
Kata keadilan dan persamaan Soekarno ternyata menjadi barang mahal juga dalam sikap ekonomi dunia. Sikap The West and The East dari negeri barat masih belum tuntas juga. Apalagi sistem globalisasi yang sangat merugikan negara-negara berkembang. Soekarno sangat mengetahui bahwa emas merupakan sebuah simbol kekayaan yang sangat stabil bagi dunia (hal ini juga pernah saya dengar dalam sebuah kitab klasik yaki Nasroikhul Ibad...mohon koreksi kalau salah). Bukan suatu kebetulan jika Tugu Monas dibangun dengan nilai emas 24 karat dengan bentukan seperi api (padahal dalam blueprintnya berbentuk seperti semanggi dimana setiap sisinya ada daunnya). The founding father sangat tahu bahwa Indonesia adalah gudangnya devisa sejak dahulu. Dan inilah yang menjadikan para penjajah masuk ke negeri Indonesia ini dengan sebuah misi "gold, glory dan gospel". Jangan sekali-kali melupakan sejarah apalagi memutarbalikannya.
Tatanan Dunia Baru
Ketika JP Morgan mengumpulkan seluruh bankir-bankir di USA dan membentuk The Fed ada 1933 sudah barang tentu ingin membentuk tatanan ekonomi yang lebih aman dan adil bagi seluruh manusia di dunia ini. Sudah saatnya kita untuk kembali menata ulang sistem yang sudah carut marut kepada gagasan yang ideal khususnya kepada kesepakatan para pemimpin dunia yang sudah seabad lama umurnya. Jika tidak permasalahan ekonomi akan menjadi ancaman serius yang tidak mustahil akan menghadirkan Perang Dunia Ke III yang korbannya mungkin akan lebih dahsyat dari sebelumnya. Nusantara bukanlah sebuah sejarah pendek yang mampir sambil lalu . Sekarang atau tidak sama sekali.
Friday, 10 October 2008
Wong Ndesso dan Krisis Ekonomi
Itulah sekelumit cerita yang pernah saya alami sebagai pembantu pelaku usaha kecil tentang dampak krisis moneter (begini para orang pintar menyebut dan yang saya temui di koran favoritku, Jawapos) bagi kehidupan masyarakat. Bagi masyarakat di kalangan pedesaan, mereka tidak pernah ambil pusing tentang sebab dan musabab, apalagi tentang opini-opini pengamat ekonomi yang berpolemik. Wong ndesso cukup mengatakan "ben lha wong2 pinter sing ngurus negara iki", sebuah hal yang cukup simpel. Mereka selalu berkonsentrasi terhadap kebutuhan hidupnya dan profesinya. Seorang petani tak akan pernah mau tahu lebih dalam tentang inflasi dan pula pertumbuhan ekonomi. Bagi mereka sangat lebih penting tentang informasi harga gabah (sebagai komoditi yang dapat membuat penghasilan dan juga sebagai ukuran biaya produksinya) dan kebutuhan yang dalam kategori sembako. Meski cerita-cerita sedih seperti ada orang yang bunuh diri karena tekanan hidup di Pasuruan, ada orang yang memanen padi orang yang masih hijau untuk makan, tapi bukankah cerita itu sudah buanyak di koran-koran?sedih sih pasti...tapi itulah sebuah resiko yang harus diterima oleh bangsa kita yang terimbas oleh krisis ekonomi.
Itu adalah cerita tahun 1998?Bagaimana sih masyarakat desa sekarang. Misalnya terjadi krisis seperti 1998 lagi (Semoga tidak sih, meski berita krisis amrik sudah lebih dulu merontokkan nyali bursa-bursa saham di dunia), apakah orang ndesso itu lebih siap?
Mari kita lihat secara sosial kemasyarakatan di lingkungan desa secara umum, hal ini lebih mudah dilihat dan juga lebih mudah dipahami oleh khalayak daripada sebuah analisa ekonomi dengan angka-angka yang njlimet dan kadang beda kesimpulan (kalau bedanya jauh malah bikin puyeng bukan?).
Harus kita akui bahwa kehidupan ekonomi negara kita semakin baik. Ya kalau kata Bapak Jusuf Kalla sih menyatakan baiknya perekonomian dari jarangnya tukang batu ada di negeri ini hehehe kallanomic. Tapi apakah benar ekonomi (rakyatnya) bangsa kita ikutan naik. Setelah didera dengan naiknya BBM (untuk menyelamatkan ekonomi makro khususnya pasar modal?) yang jelas mempengaruhi harga kebutuhan-kebutuhan sembako, dan program jaminan sosial baru dijalankan. Akhirnya muncul makhluk baru dengan nama krisis modal. Apalagi ini??
Wong Ndesso pastinya kebanyakan tidak mengerti dan pula tidak pegang saham maupun reksadana. Emas dan tanah (sawah dan pekarangan) adalah investasi menarik dan sangat konvensional sebagai bentuk investasi yang paling diminati. Sayang pada 10 tahun semenjak reformasi digulirkan, banyak perubahan sikap dari wong ndesso, dikarenakan derasnya informasi yang masuk di negeri ini. Wong ndesso yang dulu lebih suka untuk bertani dan hidup sederhana sekarang diganti dengan wong ndesso baru yang lebih suka hidup di sektor non pertanian (buruh pabrik, serabutan) atau paling-paling jika masih di sektor pertanian sudah banyak beralih menjadi buruh tani karena sudah tiada tanah lagi. Lho kemana tanah itu semua??Banyak yang beralih fungsi menjadi pabrik-pabrik dan juga perumahan-perumahan. Pembangunan properti benar-benar menggila pada dekade 10 tahunan. Inilah yang menjadi sebuah PR besar, dimana ketika harga pangan naik, bangsa Indonesia tidak lagi banyak yang menganggap sebagai sebuah anugerah, malah terkesan sebagai bencana. Wong Ndesso pun bingung mau jadi bertani karena tanah pun sudah tiada. Nasib wong ndesso pun semakin tidak nyaman ketika budaya konsumerisme seperti handphone dan juga sepeda motor, sebuah harta yang hampir dimiliki oleh semua keluarga di Indonesia dan nilainya selalu menurun, melanda dengan dahsyat.
Dari sini kita melihat ada point yang berbeda andaikata krisis terjadi sekarang ini yakni :
1.Wong ndesso sudah sedikit yang memiliki sumber investasi dan juga pendapatan;
2.Ketahanan pangan dan kebutuhan masyarakat Desa lebih jelek daripada sebelum tahun 1998;
Bagi saya point nomor 2 adalah sangat merisaukan, hal ini akan berdampak sangat berat. Semoga Wong ndesso beserta kita semua agar sadar untuk mengubah gaya hidup konsumerisme sebelum krisis modal menjalar menjadi momok yang mengerikan.
Mari kita ubah biaya beli pulsa buat beli susu anak. Mari kita pakai sepeda motor seperlunya. Kalau dulu punya duit beli sepeda motor baru mari kita belikan emas atau tanah.
Buat orang elit kota yang kaya, kalau punya duit dulu beli saham sekarang beli togel aja eh salah....disodaqohin aja hehehe....
Tuesday, 23 September 2008
Dewan Adat di Indonesia, kenapa tidak?
Membaca pikiran Ichsanul Amal (seperti berita detik.com di bawah) seperti membaca sebuah dongeng tentang shangri La, sebuah dongeng tentang raja-raja yang tinggal kenangan. Persoalan kerajaan dan NKRI, sebenarnya bermula ketika tidak adanya toleransi dari pendiri negara dari para elit politiknya yang langsung membabi buta melakukan generalisasi nasionalisme, dan hal ini diperparah dengan penerus Soekarno, Soeharto dengan sistem jawanisasi yang menjadikan semua aspek harus disentralisasi, bagi saya ini sebuah sistem Jawa yang tidak njawani sama sekali. Kemerdekaan Indonesia terasa "merampok" kekuatan budaya kerajaan dan kaum adat terhadap kaumnya. Setidaknya ini menjadi sebuah penderitaan batin dari kaum adat di seantero Indonesia. Apalagi dengan tidak berhasilnya negara Indonesia membimbing masyarakatnya pada sebuah level yang berbudaya.
Sebuah usul menjadikan Yogyakarta seperti kerajaan Monaco pada era saat ini hanya akan memunculkan kecemburan daerah dan berakibat rapuhnya nasionalisme dan berujung disintegrasi. Usul yang pantas dijadikan rujukan adalah membuat Dewan Adat seluruh Indonesia yang memiliki legitimasi budaya dan sebagai pengawas kebijakan di Indonesia sehingga aspirasi dari para kerajaan-kerajaan dan kaum adat di Indonesia dapat disalurkan dan memiliki legitimasi. Hal ini tidak menjadikan adanya negara di atas negara. Memang jika kita lihat ada sedikit kesamaan antara Dewan adat dan utusan golongan di MPR waktu orde baru, tetapi yang perlu digarisbawahi adalah Dewan Adat adalah tidak masuk dalam legislatif dan merupakan lembaga independen yang terdiri dari forum kerajaan-kerajaan dan kaum adat seluruh Indonesia, yang levelnya setingkat legislatif dan eksekutif dan berfungsi memberikan rekomendasi atas hukum-hukum budaya dan adat yang berlaku sekaligus memberikan wewenang mengatur hukum budaya dan adat di wilayah atau daerahnya tanpa menentang hukum positif yang ada.
Usul ini pernah saya lemparkan kepada Bapak Prof Budya Pradipta, ahli budaya Jawa dan juga guru besar UI sewaktu berada di kediamannya Ciputat, Jakarta Selatan. Saat itu, saya mengusulkan hal itu dalam lingkup mini kepada partai Kerakyatan Nasional untuk membuat Dewan Adat di Partai tersebut. Hal itu saya simpulakan setelah melihat keluh kesah beliau atas "tersingkirnya" peran adat terhadap pembangunan masyarakat Indonesia. Saat itu Profesor yang juga anggota dewan penasihat PKN, menawari saya untuk bergabung dengan PKN, meski akhirnya saya tolak dengan halus. Adapun akhirnya PKN ttidak berhasi lolos di KPU, sehingga kemungkinan usul itu tinggal arsip belaka.
Mari kita jangan lupakan sejarah, bahwa negara kita dihimpun dari kerajaan-kerajaan yang mempunyai sejarah yang cukup panjang.
detik.com
Selasa, 23/09/2008 15:32 WIB
RUUK Yogyakarta
Pengamat: Posisi Sultan Sebaiknya Seperti Raja Monaco
Bagus Kurniawan - detikNews
Yogyakarta - Langkah pemerintah pusat yang akan memperpanjang masa jabatan Sri Sultan Hamengku Buwono sebagai gubernur DIY sudah tepat. Sri Sultan sebaiknya tidak menolak hal itu.
"Kalau Sultan menolak perpanjangan jabatan gubernur akan repot," kata pengamat politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Ichlasul Amal MA di Sekolah Pasca Sarjana, Bulaksumur Yogyakarta, Selasa (23/9/2008).
Menurut Amal, Sultan harus mengawal persiapan proses pelaksanaan Pilkada DIY dalam waktu dua tahun mendatang. Hal tersebut sebagaimana tertuang dalam Rancangan Undang Undang Keistimewaan (RUUK) Yogyakarta.
"Dua tahun masa perpanjangan jabatan gubernur. Saya berharap Sultan masih bersedia menjabat," katanya.
Amal menilai langkah pemerintah memperpanjang masa jabatan Sultan sebagai Gubernur DIY sebelum RUUK Yogyakarta disahkan sangat tepat. Jika pemerintah menunjuk seseorang di luar Sultan sebagai pejabat gubernur tidak bijaksana.
"Pejabatnya yang ditunjuk adalah Sultan. Sekarang ini hanya menunggu surat keputusan dari presiden atau apa pun bentuknya bisa Perppu atau Keppres," kata mantan Rektor UGM itu.
Amal berharap Sultan dapat mengawal proses pelaksanaan Pilkada DIY. Meski nantinya dia tidak lagi menjabat gubernur, bukan berarti Sultan tidak mempunyai kedudukan. Menurut Amal, bisa saja RUUK mengatur posisi Sultan seperti Raja Monaco.
"Dari dulu saya pernah mengatakan posisi sultan idealnya seperti Raja Monaco. Raja Monaco itu, punya perdana menteri, namun ia dapat fasilitas dan sangat prestisius," ungkap Amal.
Di sisi lain, Amal menyesalkan jika RUUK Yogyakarta selalu dikaitkan dengan keinginan Sultan untuk menjabat Gubernur seumur hidup. Menurutnya hal itu sangat tidak relevan bahkan terkesan membatasi ruang gerak Sultan.
"Kasihan Sultan, tidak bisa naik dan ikut ke nasional. Akibat polemik draft RUUK ini sekarang ini orang jadi ragu untuk mencalonkan Sultan. Kalau seperti ini, karir Sultan sendiri seolah dibatasi," ungkap Amal.
Meski demikian Amal mengakui penolakan Sultan atas perpanjangan massa jabatannya selama lima tahun sangat beralasan. Sebab RUUK yang diajukan selama ini terkesan membatasi gerak Sultan. Padahal Sultan merupakan tokoh nasional yang kontribusinya diperlukan oleh nasional. Ada kekhawatiran sejumlah pihak bila Sultan bisa masuk ke nasional.
"Sultan sudah masuk nominasi sembilan tokoh calon pemimpin dari partai Golkar, sementara itu, Sultan juga masuk dalam daftar lima calon wapres dari partai PDIP," katanya.
Tuesday, 2 September 2008
The Magic of Mudik
Sembari menunggu kereta, saya pun duduk di lantai stasiun. Baca koran dan tak lupa menengok jarum jam yang serasa begitu lama. Masih kurang satu jam lagi. Saya pun mencoba menghibur diri dengan menenggalamkan pada berita-berita seperti olahraga dan berita-berita asyik yang lain. Tidak lama datang seorang setengah baya, berpotongan cepak, dengan membawa kardus seukuran kardus mie instan. Ternyata dia sudah janjian dengan seorang temannya untuk bertemu. Mereka pun berbincang-bincang dengan hangat.
Kondisi yang terjepit dan suara dari Bapak-bapak tadi yang lumayan agak nyaring membuat saya terpaksa mendengarkan obrolan mereka (bukan bermaksud menguping, gitu lho !). Seorang yang berbaju cepak berkata ”Saya sangat senang pulang ke orang tua. Karena bagi saya Lebaran harus dirayakan dengan reriungan sama orang tua”, teman bapak satu lagi menyahut ”iya sama, perasaan saya begitu luluh ketika mendengar suara takbir. Sampai sedewasa ini, saya masih tidak bisa menyembunyikan perasaan itu tatkala mendengar suara takbir menggema.”, Bapak yang berbaju cepak pun berkata lagi ”Ketika berada di luar jawa, yang membuat perasaan saya begitu haru yakni tatkala lebaran tidak berkumpul sama keluarga, suara takbir itu serasa memperdalam kerinduan akan keluarga”. Begitulah percakapan antara kedua orang tersebut dengan sama-sama ndlosor di lantai Senen. Dari percakapaan mereka selanjutnya saya juga akhirnya mengerti bahwa mereka berasal dari daerah Purworejo, Jawa Tengah.
Akhirnya Kereta Matramaja, kereta ekonomi jurusan Jakarta-Malang muncul hidungnya. Seperti perlombaan lari dalam acara Benteng Takeshi pun terjadi, orang berlomba sedikit agak memaksa masuk dalam lubang pintu, hanya dalam tempo kurang dari 5 menit sudah penuh kereta dengan penumpang. Belum puas, kereta pun ditumpangi dibagian sela-sela kereta. Saya melihat orang masuk toilet. Ada bayi menangis meronta-ronta. Seorang cewek masuk melalui lubang angin/jendela kereta, karena pintu masuk sudah tidak bisa dimasuki oleh manusia. Belum lagi barang bawaan yang masuk di kereta. Selain kardus-kardus yang bejibun, saya melihat masih ada orang menenteng sepeda onthel. Petugas KA hanya bisa melihat dan memaklumi saja. Pemandangan yang terasa menyiksa batinku. Dalam hatiku berkata ”wah belum jalan saja sudah tersiksa, bagaimana harus jalan ratusan kilo?bagaimana sampai bisa istirahat?bagaimana anak kecil yang ada di kerumunan?Semoga sehat-sehatlah. Bukankah belum ada cerita orang mati mudik tergencet di kereta?”, pertanyaan yang lebih tepatnya pada arah curhat dan menghibur diri.
Akhirnya kereta pun datang. Meski tidak sepadat kereta ekonomi, kereta bisnis pun tidak bisa dikatakan nyaman. Masuk dengan perjuangan sedikit ekstra. Barang ditaruh dengan susah payah. Akhirnya bisa duduk, tapi tidak bisa jalan. Lho kenapa?karena dalam kereta bisnis itu jalan antar gerbong satu ke gerbong yang lain sudah penuh oleh penumpang tanpa tempat duduk. Meski dengan harga tiket yang sama, mereka rela untuk tidak dapat tempat duduk. Hanya untuk kata reriungan di kampuang saat lebaran. Kereta pun melaju. Buka bersama di kereta pun ramai, setelah saling menyiarkan waktu buka selesai, juga dengan ajang saling mencicipi makanan. Kolak pun beredar dari petugas KA, meski dengan harga lumayan tinggi.
Kereta pun datang di kotaku. Terlambat 3 jam, itu sudah biasa dalam lebaran. Akhirnya rasa capek perjuangan mudik, mulai dari antri tiket sampai perjalanan terbayar sudah. Reriungan di kampung, mendengar suara takbir di langgar dan tak pula sungkeman.
Jadi ingat lagu dik doank
”Dan takkan kutahan sekarang aku harus pulang,
Aku rindu ibu, wibawa ayah dan suasana yang ada.
Yang pernah singgah…”
Sebuah kerinduan akan kampung halaman begitu menggebu pada kaum muslim khususnya nahdliyin pada saat Lebaran. Seorang temanku yang nahdliyin asal Jember pernah berkata, mungkin dalam urusan iptek dan kekayaan masyarakat nahdliyin kalah jauh dibanding kaum yang lain, tetapi dalam urusan berbakti kepada orang tua, adalah masih nomor satu. Entah ucapan ini terkias dalam perjuangan mudik atau tidak. Yang jelas perjuangan, yang hanya difokuskan untuk sungkeman atau reriungan begitu hebatnya. Bisa juga merupakan pelampiasan dari kebuntuan hidup yang monoton dan dilalui dengan kerja, kerja dan kerja. Bukankah di bumi lain, di Brasil misalnya. Seorang brasil pernah berkata, bahwa rasa penderitaan atas kemiskinan di Brasil akan sirna di masyarakat pada dua waktu yakni saat adanya karnaval rio de janeiro yang digelar tahunan dan ketika Tim Brasil memenangkan trofi Piala Dunia 4 tahunan.
Mudik. Sebuah bentuk kompensasi masyarakat akan pesona sejarah dibalik kungkungan kehidupan modern.
Tuesday, 29 July 2008
Bagaimana sih Pemimpin Ideal itu?
Kemarin pertengahan bulan Juli saya sengaja datang ke seorang guru, saya sebut demikian karena dia menolak untuk disebut kyai (takut riya' katanya). rumahnya cukup sederhana dan yang unik bagian balai (ruang tamu) dibuat luas dan tanpa sofa semacam ruang pertemuan, sebuah model bangunan khas ala rumah kyai di jawa timur yang pernah saya temui. Mungkin bedanya, di rumah guru yang saya temui ini jarang ditemui hiasan kaligrafi, dan pastinya TV pun tidak ada hehehe.
Saya pun mulai menanyakan suatu hal yang membuatku bingung (atau banyak rakyat yang bingung?) mengenai masalah politik di Indonesia yang menurut saya gagal menghasilkan pemimpin-pemimpin yang dibutuhan untuk keluar dari krisis.
"Pak bagaimana sih parameter pemimpin ideal itu?" Tanyaku
"Kriteria pemimpin ideal adalah seperti tersurat :
(Ali Imran:26)
Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(Ali Imran:27)
Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup . Dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)".
(Ali Imran:28)
Janganlah orang-orang mu'min mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu'min. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu)" Jawab Sang Guru.
"Menurut bapak bagaimana dengan tokoh yang ada sekarang" Aku memancingnya
"Belum. Belum ada" Beliau menimpali
"Bagaimana tentang sistem perpolitikan yang ada melalui parpol" aku bertanya dengan elaborasi masalah
"Permasalahan bangsa ini adalah begini. Masalah ekonomi itu sangat erat berhubungan dengan pemasalahan politik, sedang masalah politik adalah berhubungan dengan persoalan Agama. Jadi hematnya begini dari urutan paling pokok :
1. Agama
2. Politik
3. Ekonomi
Urutan diatas tidak boleh dibolak-balik. Jangan menggunakan agama sebagai basis partai apalagi asas partai. Itu hanya mengakibatkan bencana" Sang Guru pun menjelaskan dengan bijak.
"Satu hal lagi, jangan membohongi umat. Beri mereka makanan fisik dulu sebelum memberikan makanan psikis. Jangan diberi ceramah ketika masyarakat sedang lapar"Tambah sang Guru.
Akhirnya saya pun mohon diri dan puas dengan jawaban, meski tidak berupa raut muka wajah seseorang, atau pula berbentuk simbol (entah kepala banteng, beringin atau bintang-bintang), tapi itu cukup sebagai konsep mengenai calon pemimpin di masa akan datang. Optimisme itu harus. Optimis kepada Allah pastinya. Jaminan 1000 persen.
Pandito turun panggung
Sabtu, tepatnya tanggal 26 Juli 2008, seperti biasa saya menghadiri acara kongkow bareng Gus Dur. Sudah lama saya absen, entah karena kesibukan kantor atau keluarga. Cukup kangen juga dengan teman-teman di acara tersebut yang meski segelintir tapi cukup kompak, dan pastinya jajan pasar yang tersedia berikut teh hangat yang diseduh diatas gelas-gelas cina. Uenak lan sueger.
Akhirnya muncullah mobil berplat B 1926 AW yang merupakan mobil sang pembicara, KH Abdurrahman Wahid. Ya dengan dibantu tiga asistennya, GD (demikian media sering menyingkat inisial beliau) turun menggunakan kursi roda. Kerumunan orang pun tanpa dikomando ikut serta. Kadang ada yang menyalaminya dan mencium tangannya. Dan yang pasti wartawan tak berhenti melakukan pemotretan peristiwa demi peristiwa. Jepret-jepret.
Acara akhirnya dimulai pukul sepuluh lebih lima menit, meski mas Guntur (pakai topi koboi dengan jambangnya) ketinggalan lima belas menit dari GD. Tapi acara yang memang disetting santai itu pun digelar dengan ritual pembacaan kutipan kalimat al hikam dari P. Ucun.Dan GD pun menimpalinya dengan gaya yang santai. Oh ya siang itu, GD didampingi oleh panglima-panglima lengkapnya. Yakni Adhie massardi, Chotibul Umam dan tak lupa Gus Nuril. Sehingga acara tersebut bisa dikatakan reunian.
GD pun dengan sikap santainya menjawab pertanyaan-pertanyaan dari pendengar maupun juga dari hadirin yang langsung berada di teater utan kayu, tempat berlangsungnya acara tersebut. Pertanyaan yang diajukan kebanyakan berkisar mengenai PKB dan gonjang-ganjingnya. Menurut penilaian saya, GD tidak menunjukkan ekspresi kekecewaan sama sekali dengan adanya konflik tersebut. Dia bisa tertawa lepas. Dalam menjawab pun terasa GD sangat menghargai sistem organisasi dalam penyelesaian (apakah ini pembenaran dari subjektifitas saya???).
Pernyataan-pernyataan cenderung bersifat datar-datar saja, bahkan ledekan tentang calon pewaris GD. Lempar lelucon dari audiens tentang pengganti GD ditandai dengan sikap adem oleh GD. Bahkan GD pun menimpali konflik PKB dengan pancingan "Jika orang mengatakan Yenni adalah pasangan saya. itu salag besar. Yenni itu tidak ada apa-apanya jika diadu dari sekjen2 yang pernah ada". Begitulah GD yang bersifat realistis, meski kadang orang mengatakan dia ngawur. Saya sendiri tak pernah kaget dengan pernyataannya, tetapi bukan berarti saya selalu membenarkan pernyataannya lho !
Tapi dari sudut pandang saya (pasti bisa benar atau juga bisa salah), GD menunjukkan aura kelelahan yang sangat. Saya kira GD sangat berjuang dengan tenaga dan pikiran (maaf, bisa dikatakan sedikit ragu) akan kondisi bangsa dan negara akhir ini. Dalam pandangan saya, meski pernyataan-pernyataannya cenderung menggampangkan masalah, tetapi dibalik itu dia benar-benar kehilangan "kesabaran" akan keruwetan negeri ini yang telah merdeka selama 63 tahun. Kasus-kasus penindasan minoritas serta intrik-intrik politik yang tidak sehat seolah menguras tenaga dan pikiran. Bahkan GD menyetujui sebuah pernyataan diawal acara oleh seorang audiens melalui telepon "GD itu sama dengan Soekarno. Dia mendirikan partai tapi pada akhirnya dia pun ditinggalkan". Bahkan GD berterima kasih atas pernyataan tersebut dan diberi nilai realistis.
Benarkah GD akan turun panggung politik?pernyataan ini sebenarnya mudah ditebak. Dalam politik praktis, GD sudah menunjukkan bahwa ambisi politiknya sudah selesai. Sikap GD untuk maju dalam perpolitikan hanya atas dasar "perintah" kyai sepuh yang pastinya lebih dekat dengan kondisi rakyat yang semakin terjepit dan terlilit oleh ekonomi yang kurang stabil. Apakah ini yang menjadikan GD sebelum soeharto meninggal memuji bahwa prinsip pembangunan Soeharto mempunyai arah yang lebih jelas daripada sekarang?. Sebuah arah yang bisa dipahami oleh seluruh masyarakat dan membuat Soeharto lekat dengan sebutan Bpk Pembangunan.
Sebuah pernyataan haru akhirnya muncul. GD mengatakan bahwa saya tidak ingin apa-apa, saya cuma ingin tidak dicaci setelah mati nanti. Sebuah pernyataan yang wajar dan sesuai dengan hadist nabi agar kita tidak mengurai aib-aib seorang muslim setelah meninggal, pun dalam bahasa jawa ada pepatah "mikul dhuwur mendem jero", melakukan penghargaan terhadap pendahulu. Meski itu diucapkan bukan dengan nada kekalahan terhadap suatu persoalan, tetapi saya menangkapnya sebagai simbol letihnya perjuangan sang GD. Meski perjuangan harus ditegakkan sampai akhir, tetapi usia jualah yang memisahkan batas sosial antara dunia dan akhirat. Semoga kita bisa meneladani sikap negarawan yang beliau lakukan dan membuang jauh-jauh kesalahan yang telah terjadi demi kebaikan umat, bangsa dan negara
Thursday, 10 July 2008
Kebanggaan yang terlunta
Hampir semua manusia Indonesia Juni dan Juli ini pasti tidak lupa sebuah arena besar yang ada di bulan itu, kaum muda tua, lelaki dan (bahkan) juga wanita, pasti mengerti Euro 2008 adalah jawabnya. Mereka pasti masih terbayang bagaimana Torres menghujamkan bola ke arah Lehman untuk menyudahi langkah Jerman di final, Pun juga bagaimana Ballack berhasil mengubur mimpi Cristiano "mr handsome" Ronaldo dengan gol kontroversialnya. Begitu gegap gempita, ramai bak pesta dunia. Dan tentunya kita tidak lupa bahwa berkat anugerah Tuhan bernama ilmu teknologi informasi kita bisa menikmati itu. Suatu hal yang menjadikan dunia ini selaksa kecil seperti dalam genggaman tangan. Dan tak ragu pula kita akan mengelu-elukan Jerman, Spanyol sebagai negara yang digdaya di ajang sepakbola, olahraga terspektakuler di Indonesia
Tidak terlalu jauh dengan arena itu, sebuah perhelatan nasional di Indonesia digelar, Pekan Olaharaga Nasional XVII yang diselenggarakan di Kalimantan Timur. Pesta empat tahunan dengan 43 cabang olahraga itu merupakan ajang pembuktian kehebatan atlit daerah untuk berbicara di tingkat Nasional. Ada yang unik dengan pelanggaraan PON ini. Ya Kalimantan Timur, yang disebut sebagai salah satu daerah terkaya di Indonesia, sebuah daerah petrodollar, benar-benar tugas yang tidak kecil dengan asumsi krisis yang menggurita.
Aneh bin ajaib. Gaungnya terasa beda. Iya, di Televisi kita lihat perlakuan berbeda diperlakukan kepada Pekan Olaharaga Nasional XVII, acara yang didanai dengan trilliuan rupiah itu, hanya sesekali muncul di belakang highlights berita nasional, paling banter hanya diberi waktu setengah jam untuk review pertandingan. Bukan bermaksud iri, khususnya dengan tayangan infotaintment yang mempunyai menu selaiknya jadwal makan bagi rakyat Indonesia, setidaknya PON XVII diporsikan samalah. Entah ini sebuah ironi kebangsaan, atau apalah, tapi jelas ini sungguh menyedihkan bagi pecinta olahraga. Perhelatan empat tahunan dengan biaya trilliunan mempunyai kedudukan dibawah acara infotaintment.
Apakah ada yang salah dengan dunia infoermasi kita?Sudah hilangkah nafsu berolahraga rakyat kita?. Mari kita mulai dari awal saja. Kita beri contoh yang sangat mudah. Ambillah suatu koran yang berada di dekat anda. Iya, koran biasa, bukan bisnis atau khusus olahraga. Anda lihat headline pertama, apa?Jika halaman olahraga berada paling besar dan menjadikan headline di koran itu, berarti koran tersebut adalah koran yang paling tidak waras menurut pandangan koran-koran lainnya. Karena itu merupakan sebuah hal yang unik dan jarang dilakukan oleh media massa, baik nasional sekalipun. Media nasional lebih tertarik berbicara politik. Sebuah dunia yang melibatkan orang elit sebagai aktornya. Sebuah pertandingan yang benar-benar mengguncangkan. Mereka tidak tertarik pada pertandingan macam anggar atau catur, yang membuang-buang energi dan waktu. Pun begitu cabang olahraga itu tak pernah melambungkan namanya di pentas politik. Sadis memang, tapi itulah kenyataannya
Kaltim, demikian propinsi Kalimantan timur sering disebut, membuktikan bahwa dengan kekuatan dalam negeri mereka mampu menghelat acara itu. Sebuah perhelatan akbar yang hanya pernah digelar oleh tiga propinsi non DKI Jakarta. Iya, Kaltim seolah-olah tidak mau mengecewakan publik nasional meski pun sambutan dari media nasional cukup minim. Minimal kita bisa membaca dari logo PON XVII :
Makna Gambar Logo Resmi PON XVII – 2008 Kaltim :
•
Bagian utama logo berbentuk ekor pesut dalam posisi melambai yang dapat terlihat ketika menyelam, dari atas permukaan air menggambarkan lambaian salam selamat datang.
•
Tiga buah ring berwarna biru, bermakna PON XVII – 2008 Kaltim, menjunjung kekompakan dan persatuan untuk mencapai Tri Sukses PON yaitu Sukses Prestasi, Sukses Penyelenggaraan dan Sukses Pemberdayaan Ekonomi Rakyat.
•
Bentuk lengkung motif khas Kaltim ini melambangkan deburan ombak Sungai Mahakam yang merupakan tempat habitat Pesut.
•
Tulisan Kaltim 2008 dan PON XVII memberikan informasi Kaltim sebagai Tuan Rumah Penyelenggara Pekan Olahraga Nasional XVII Tahun 2008.
•
Ditambah dengan, Slogan "Kita Semua Satu" menggambarkan meski semua peserta PON berlomba untuk daerah masing-masing, namun pada hakekatnya mereka adalah bangsa Indonesia. Sementara itu, maskot PON 2008 dipilih tiga binatang yang menjadi ciri khas bumi Kalimantan yaitu burung Enggang, ikan Pesut dan Orang Utan.
Wednesday, 9 July 2008
Khitan dan Korupsi
Mungkin ada yang masih ingat dengan ungkapan ustadz di kampung maling?Nah saya mencoba merefresh ingatan anda tentang ungkapan dahsyat dan cukup membuat merah telinga Jaksa Agung kita. Lebih jelasnya bisa klik sini. Suatu permainan kata-kata yang membuat darah naik dan dengan sangat jeli wartawan (entah disadari oleh anggota dewan atau tidak jika rapat itu tebuka untuk umum) mendokumentasikan acara yang bak teater, sangat emosional, penuh amarah.
Tahun 2008 ini kita dihadirkan atas keberhasilan KPK menjebloskan banyak anggota Dewan ke penjara. Paling anyar adalah Bulyan Royan, seoranng anggota Dewan asal Partai Bintang Reformasi, teman seperjuangan dari Anhar; penemu amunisi"ustadz di kampung Maling" yang ditembakkan ke arah Jaksa Agung. Saya membayangkan pada saat tertangkapnya Bulyan, Abdurahman Saleh, mantan jaksa agung yang digelari ustadz oleh Anhar, tersenyum mengatakan bahwa sekarang dia mengerti bahwa ungkapan itu lebih tepat digunakan kepada si pengucap.
Cultural Shock ala Indonesia
Seperti biasa, ketika maling tertangkap semua akan mencaci maki dan berusaha menghakimi sendiri. Semua koran dan internet, hampir semua, mencaci dan menghujat. Bahkan melebihi batas kemanusiaan. Meskipun para maling berdasi ini mendapatkan perlindungan ekstra sehingga nasibnya tidak setragis maling jemuran, yang tak jarang mereka ini dibakar massa jika tertangkap.
Gejala ini saya kategorikan sebagai culture-shock.Menurut Prof. Dr. Awan Mutakin, M.Pd culture-shock adalah kejutan-kejutan budaya yang terjadi pada tatanan kehidupan suatu masyarakat yang tengah menghadapi berbagai perubahan.
Seperti contoh berita dibawah ini. Begitu tampak emosionalnya rakyat mendapatkan berita yang menurut saya adalah bukan barang baru. Sudah lama korupsi menggerogoti bangsa kita. Dan sebenarnya tak perlu kaget jika ada berita tentang hal tersebut.
Detik.com
Selasa, 08/07/2008 19:15 WIB
Bulyan Keluar KPK Hujan Makian
Ramadhian Fadillah - detikNews
Jakarta - Usai diperiksa selama 9 jam akhirnya tersangka dugaan kasus suap pengadaan kapal patroli Dephub, Bulyan Royan meninggalkan Gedung KPK. Bulyan sempat dimaki-maki seorang aktivis anti korupsi asal papua.
Bulyan keluar sekitar pukul 18.30 WIB. Ia hanya meminta maaf kepada para wartawan yang menunggunya di tangga KPK.
"Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada rekan-rekan semua karena saya dalam proses pemeriksaan. Nanti setelah selesai kita bicara," kata politisi PBR ini di KPK Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Selasa (8/7/2008).
Bulyan kemudian menuju mobil tahanan, namun tiba-tiba seorang pria benama Dorus memaki-makinya. Pria asal Papua ini bahkan sempat ingin memukul koban. Untunglah aksi nekat ini dihentikan petugas keamanan KPK.
"Bangsat, perampok, koruptor goblok," makinya.
Dorus mengaku kesal karena laporannya soal korupsi tak juga ditindaklanjuti KPK. Sebelumnya Dorus juga sempat memaki-maki tersangka aliran dana BI Anthony Zedra Abidin yang keluar lebih dulu.(rdf/fay)
Sebuah budaya kagetan ini sangatlah menjadi-jadi dewasa ini. Padahal dalam filsafat Jawa sudah dimaktubkan "Ojo dumeh, Ojo kagetan, Ojo nggumun lan Ojo lali" (jangan mudah takjub, jangan mudah terkejut, jangan mudah heran dan jangan mudah lupa). Sayang cultural shock telah menjangkiti bangsa Indonesia yang tidak siap untuk menghadapi kasus hukum. Kalau boleh kasih pendapat, kaget kaget sih boleh tapi dikit, dikit-dikit kaget, kalau kaget mbok ya cukup sedikit.
Korupsi sudah selesai?
Dalam Kamus Hukum korupsi diartikan sebagai penyelewengan atau penggelapan uang negara atau perusahaan sebagai tempat seseorang bekerja untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Kamus Lexien Webster (1978) menyebut korupsi dalam pengertian kebejatan; ketidakjujuran; tidak bermoral; penyimpangan dari kesucian. Dalam bahasa hukum kita, korupsi adalah perbuatan secara melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri/orang lain (perseorangan atau korporasi) yang dapat merugikan
keuangan/perekonomian negara (UU No. 20 Tahun 2001). Tapi akhir-akhir ini saya lebih condong kepada pengertian korupsi dari Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI) "pengertian "korupsi" lebih ditekankan pada perbuatan yang merugikan kepentingan publik atau masyarakat luas untuk keuntungan pribadi atau golongan".
Korupsi berjamaah, demikian sering disebut sudah menjadi tradisi. Begitu mengakar. Untuk lebih jelasnya anda bisa klik sini. Disitu anda akan melihat satu sebab yang paling pokok yakni Aspek Organisasi. Dari sinilah bermula akar sosial budaya yang menjadikan organisasi pemerintahan bak aristokrasi modern di Indonesia. Sebuah lingkaran hitam yang susah untuk ditembus. Tapi tunggu dulu, ada satu yang menjadikan suatu bangsa ini adalah negeri sejuta maling yakni latar belakang budaya indonesia sendiri. Budaya yang mengagung-agungkan materi menjadikan negeri ini membelokkan sikap yang suka jalan pintas. Tabrak sini tabrak sono, telikung sono telikung sini (sangat terlihat juga dari cara berlalu lintas di Indonesia hahaha).
.Korupsi di Indonesia tidak akan selesai dengan hanya gertak sambal KPK. Tidak mungkin budaya yang sudah mengakar kuat dikalahkan dengan organisasi seumur jagung (tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada KPK, khususnya mantan dosen saya, Haryono Umar). Hanya kemauan kuat yang membuat seseorang bisa keluar dari jeratan sakit yang terjadi karena kebiasaan buruk. Jawabnya hanya satu, masyarakat itu sendiri. Dengan cara apa?mulai dari mana?
Dalam syariat islam, ada sunnah Ibrahim yang cukup terkenal yakni khitan. Khitan mengandung makna membersihkan bagian tubuh yang bisa sebagai bendungan najis atau kotoran. Nah melalui pelajaran yang kecil itu saja kita bisa. Potong bagian kita untuk kebersihan. Budayakan sikap untuk tidak menumpuk lemak-lemak yang tidak berguna. Sabarlah. Biar sakit sedikit tapi membuat kita akan suci. Jangan takjub dengan keindahan lemak-lemak yang bisa membuat kanker prostat dan akan membutuhkan dana yang cukup besar untuk mengobati agar menjadi sehat. Ya, suatu biaya besar yang harus ditanggung oleh kita, bangsa Indonesia sekarang. Sunnatlah bangsa Indonesia !
Monday, 23 June 2008
Jer Basuki Mawa Beo....
Mahalkah sekolah kita....
Hampir pasti kita akan banyak menemui slogan "Jer basuki mawa bea" di buku-buku terbitan era orde baru. Iya, slogan yang sangat terkenal dengan identitas Departemen P dan K (sekarang Depdiknas) bisa diartikan secara filosofis adalah perjuangan membutuhkan biaya. Meski sering juga orang mengartikan dengan arti yang lebih sederhana yakni sekolah itu "bondho" (biaya). Ungkapan yang berafiliasi kepada modal.
Saat ini, saat bulan-bulan pengumuman kelulusan sekolah dari siswa-siswa, sudah dipastikan orang tua/wali murid akan puyeng bukan kepalang. Setelah stress mikirin lulus/tidak dari sang buah hati. Maka periode selanjutnya adalah mau sekolah kemana?butuh biaya berapa?. Pertanyaan sangat wajar dari para orang tua yang merindukan masa depan yang cemerlang untuk sang buah hati. Sudah menjadi paradigma yang populer di negeri ini yakni sekolah bagus maka akan mendatangkan pekerjaan bagus. Pekerjaan bagus dipastikan akan mendatangkan masa depan yang lebih menjanjikan. Sebuah ungkapan simpel dan masuk logika di dunia yang serba kapitalis ini.
Apakah sekolah kita mahal?jika pertanyaan itu yang diutarakan mungkin beberapa link berikutini yang memberikan gambaran. belanja pendidikan bangsa kita sangat minim :http://rovicky.wordpress.com/2007/07/16/sekolah-itu-murah/, perbandingan biaya sekolah kita : www.studiluarnegeri.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=47 -, atau juga sebuah tolok ukur biaya-biaya sekolah di jakarta :http://forum.detik.com/archive/index.php/t-39499.html
Apa yang kita dapat dari Sekolah.....
Saya disini hanya akan membahas, apa yang kita dapatkan dari sekolah dengan biaya yang sangat mahal. Dalam laporan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk bidang pendidikan, United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), yang dirilis pada Kamis (29/11/07) menunjukkan, peringkat Indonesia dalam hal pendidikan turun dari 58 menjadi 62 di antara 130 negara di dunia. Yang jelas, education development index (EDI) Indonesia adalah 0.935, di bawah Malaysia (0.945) dan Brunei Darussalam (0.965).
J Riberu (Suara Pembaruan ) berpendapat
"Pada tempat pertama semua kegiatan pendidikan harus diarahkan dengan jelas dan tegas kepada tujuan pendidikan. Kita belajar bukan untuk sekolah (non scholae) tetapi untuk hidup (sed vitae discimus). Sistem pendidikan di Indonesia sudah mengubah sama sekali adagium kuno ini. Kita belajar bukan untuk hidup melainkan untuk sekolah. Sekolah menentukan kurikulum dan silabus. Sekolah menentukan metode belajar-mengajar. Sekolah menentukan ulangan, ujian, kelulusan, wisuda sampai dengan pakaian (bahkan sepatu) seragam. Sekolah menentukan uang pangkal, uang sekolah, sumbangan ini dan itu"
Sekolah di Indonesia begitu sangat haus akan titel kesarjanaan. Secara kasar saja kita bisa melihat bagaimana bangku-bangku kuliah di universitas bermutu akan diperebutkan dengan sengit. Gaung pendidikan SMK masih saja kalah keren dibandingkan ketitelan yang melambung. Pendidikan macam SMK hanyalah sebagai alternatif sampingan, setelah perhitungan biaya semata sehingga mereka lebih memilih SMA yang notabene sebagai jembatan dalam melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi. Sebagai oembandung adalah jumlah pengangguran dari lulusan perguruan tinggi sebesar 740.206 (kompas). Hal itu disebabkan karena kurangnya lapangan kerja. Apalagi jika kita sangat idealis memilih kerja berdasarkan keahlian, maka tidak mustahil kita akan menjadi seorang pengangguran sejati.
Sekolah itu penting tapi lebih penting mengartikan sekolah.....
Bagi kebanyakan orang pasti sangat setuju sekolah itu penting. Tetapi kadang kita salah mengartikan sekolah itu apa. Mental priyayi yang menggemakan formalitas sering menuntun kita bahwa sekolah itu adalah suatu lemabaga yang mendidik seseorang menjadi suatu alat kapitalis yang sudah siap guna di medan kerja.
Sekolah adalah kewajiban. Bersekolah adalah suatu kewajiban seperti layaknya ibadah. Kita dituntut untuk belajar (entah sesuai minat dan bakat atau tidak) dengan text book dan sedikit praktek2 atau simulasi sistematik. Menggunakan rumus-rumus ilmiah yang diturunkan dari ahli-ahli professor yang sudah terkenal di bidangnya, meski berbeda negara dan cuaca.
Sekolah itu obat tidur. Sekolah mampu meredakan stress dan meredam gejala demam dan trauma ketakutan sementara. Sebuah pembuktian yang tak perlu bersusah-susah dengan keberanian untuk menghadapi suatu masalah. Sekolah begitu menjanjikan akan masa depan yang memang dari sananya bersifat semu.
Namun, dari pengertian diatas ada yang tidak bisa disangkal bahwa :
Sekolah bukan pencetak ilmu. Karena ilmu itu bisa berasal dari pengalaman hidup dan pengkajian2 suatu kasus dalam kehidupan. Ilmu bukanlah nominal tentang perjuangan yang dinominalkan. Ilmu bukan perjudian yang menawarkan masa depan yang bahagia, tetapi lebih menawarkan pengertian kegetiran kehidupan manusia untuk mencapai kesejahteraan komunal. Ilmu adalah kopi pahit yang menemani kita untuk begadang menonton suasana malam dalam kesunyian manusia atau juga jahatnya gebyar kehidupan manusia. Ilmu itu berupa solusi bukan hasil yang baku.
dan Jer basuki Mawa Bea bukan Beo yang cuma bisa berkata-kata tiada beguna bagi manusia....
Friday, 20 June 2008
Memetakan Lumpur Berdasarkan ayat Quran
Sebagai peta tentang peristiwa yang membuat Porong tenggelam masih belum teratasi secara teknis, maka beliau mencoba memetakan bencana alam itu (meminjam hasil penelitian sementara tim DPR) sebagai berikut :
al hadid 22
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
al hadid 24
(yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
ar rum 41
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Toha 71
Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi perahu itu akibatnya kamu menenggelamkan enumpangnya?" Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.
Toha 79
Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.
AL Fathir 2
Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Ar Ra'du 11
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah [767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan [768] yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
An Najm 26
Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikitpun tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengijinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya).
Al Zalzalah 1-5
Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat),
dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya,
dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?",
pada hari itu bumi menceritakan beritanya,
karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya
Al Mulk 8-10
hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: "Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?"
Mereka menjawab: "Benar ada", sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakan(nya) dan kami katakan: "Allah tidak menurunkan sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar".
Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala".
Al Isra' 16
Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menta'ati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.
Al Qashash 76-78
Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa [1139], maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri".
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni'matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.
At Taubah 103-104
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan [658] dan mensucikan [659] mereka dan mendo'alah untuk mereka. Sesungguhnya do'a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?
Al Ankabut 40
Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
Yasin 30-31
Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada datang seorang rasulpun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya.
Tidakkah mereka mengetahui berapa banyaknya umat-umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, bahwasanya orang-orang (yang telah Kami binasakan) itu tiada kembali kepada mereka].
Az Zumar 53-59
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa [1315] semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).
Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya,
Supaya jangan ada orang yang mengatakan: "Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah ),
atau supaya jangan ada yang berkata: 'Kalau sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa'.
Atau supaya jangan ada yang berkata ketika ia melihat azab 'Kalau sekiranya aku dapat kembali (ke dunia), niscaya aku akan termasuk orang-orang berbuat baik'.
(Bukan demikian) sebenarya telah datang keterangan-keterangan-Ku kepadamu lalu kamu mendustakannya dan kamu menyombongkan diri dan adalah kamu termasuk orang-orang yang kafir".
Ash Shaaf 10-14
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?
(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar.
Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana 'Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: "Kamilah penolong-penolong agama Allah", lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.
Daftar Pustaka :
http://www.geocities.com/CapeCanaveral/3304/surat.html
Friday, 6 June 2008
Oon On
atau berkata-kata hanya sebagai pemanis
biar tidak kelihatan Oonnya.....
Sudah pasti hebohnya....
salah dalam berkata-kata
dalam majlis atau seminar
Alhasil, belajar berkata-kata
biar tidak kelihatan Oonnya
Mulai pagi sampai petang
Menjejalkan kamus-kamus yang dalam keratan otak
Paksalah....Cekoki...kamu harus bisa
Untuk mencoba jadi penulis
Menulisi novel yang dibaca ribuan orang
Jadi terkenal?mungkin
Kaya raya....harapan riil
Menjebak kata-kata mutiara
Dari arab sampai latiniah
Mencari tema yang aneh bin ajaib
Atau menjaring Kisah Cinta Islami yang lagi booming
Lebih baik diam
atau berkata-kata hanya sebagai pemanis
biar tidak kelihatan Oonnya.....
Atau lebih baik Oon tidak diOnkan ?
Monday, 2 June 2008
Pancasila, diambang punah
Seorang ibu dengan jilbab yang menutupi kulit yang sedikit hitam manis ala suku timor tak kuasa menahan deru tangisnya. Ibu tadi siang itu berada di Teater Utan Kayu. Bukan untuk teater, apalagi syuting film. Beliau menceritakan nasib kumpulannya beserta anak-anaknya yang dihantam oleh kekerasan tidak bertangungjawab sebuah kaum fundamentalis islam.
Acara Kongkow bareng Gus Dur itu menjadi sebuah rekaman original tentang nasib Ibu dari Lombok yang sekarang hidup dibawah pengasingan karena rumah dan masjidnya dibakar oleh massa yang tidak jelas asal usulnya. Tidak jelas. Iya, tidak jelas karena mereka bukan berasal dari kalangan dekat pemukiman yang saban hari hidup berdampingan. Disebut massa, karena lebih dari satu orang dengan pergerakan yang terorganisir sangat rapi. Ibu tadi melanjutkan dengan ceritanya bahwa anak-anaknya mendapatkan diskriminasi. Anak-anak mereka dalam pelajaran di sekolah dipisahkan dengan anak-anak yang lain. Selain itu dalam rapor ditulis oleh pihak sekolah dengan agama : ahmadiyah. Hal ini membuat pihak anak-anak merasa minder, karena mereka menganggap ada hal yang aneh bagi mereka dengan penulisan ahmadiyah. Mereka sudah dibabat rasa kepercayaan dirinya semenjak dini untuk menjadi anak bangsa yang mampu berkompetisi di kancah Global yang didengungkan oleh kebangkitan indonesia.
Selanjutanya Ibu ahmadiyah yang menceritakan kisah pilu non fiksinya. Ibu yang berusia setengah baya dengan balutan jubah muslimah yang santun ini menceritakan sebuah malam kelam yang menghanguskan masjid sebagai sarana ibadahnya. Sebuah penghancuran masjid yang mirip dengan operasi Partai Komunis Indonesia di jaman orde lama ini telah menjadi momentum kelam bagi kelangsungan hidupnya. Bahkan diantara massa yang tidak bertanggungjawab ada yang berbicara "kita perkosa ibu yang hamil, karena kita tidak akan diminta pertanggungjawaban atas kelahiran anaknya" ungkap Ibu dari Jamaah Ahmadiyah Sukabumi ini dengan logat sunda yang kental. Entah ada dalam pikiran massa tersebut. Yang pasti kitab Al Qur'an pun tak ada perintah untuk memperkosa wanita, sekafir apapun manusia tersebut.
Mega dan Pesta Rakyat
Bukan Megawati namanya jika dia tidak bisa menyedot massa. Siang itu sekitar pukul 10.30 WIB di silang Monas sudah dipadati oleh massa yang berbaju mayoritas merah darah dengan gambar mega dan ayahanda soekarno di bagian depan, serta di tulisan indonesia di punggung T-Shirt. Ibu-ibu yang mendominasi acara tersebut serta anak-anak ABG terlihat santai dan asyik berjalan dengan diselingi cengkeramanya. Mereka pun menuju 3 panggung yang disediakan oleh panitia, dimana setiap panggung telah siap sedia MC dan artis yang menghibur 150 ribu massa PDI-P yang berdatangan dari Jabodetabek dan sekitarnya. Terlihat ada Project-P, Eko Patrio, Serius Band.
Puncaknya Megawati muncul dan dengan suara serak khasnya mengumandangkan kata "Merdeka" sebanyak 3 kali. Sedikit yang saya simak dalam pidato yang kurang lebih 20 menit adalah sebagai berikut "Pancasila sudah ada ribuan tahun lalu sebelum indonesia merdeka. Bung Karno merumuskannya pada 1 Juni 1945 menjadi 5 sila, dari 5 sila dapat diperas menjadi 3 sila, dan dapat diperas menjadi satu yaitu gotong royong. Iya, budaya kita adalah gotong royong. Kita memang menghadapi krisis ekonomi yang memprihatinkan, tetapi masak kita mau menyerah. Kita sudah pernah menghadapi tantangan yang jauh lebih hebat..................................................................................
Saya sangat bangga dengan kader PDI-P yang bisa tertib, kita tunjukkan bahwa massa mempunyai budaya gotong royong. Meski sebelumnya saya sudah mendengar akan adanya upaya dari kelompok yang mau mengganggu kita"
Akhirnya pidato diakhiri dengan ucapan khasnya yakni Merdeka.
Ironi Fundamentalis
Saya pun dengan menghela nafas akibat panasnya terik matahari di padang monas yang kebetulan tidak bersahabat dengan kulit. Akhirnya saya pun sampai di tempat parkir untuk menunggangi sepeda motorku yang sudah kekeringan akibat ulah sang surya itu. Saya coba tarik gas dan menuju arah istiqlal. Alamak, baju berseragam putih-putih dengan sepeda motor dan tanpa helm sudah bersiap-siap di depan Istiqlal. Mereka dengan santai berjalan melaju pelan tanpa helm di depan kerumunan Polisi. Dalam hatiku, wah gila nih FPI, kayak pejabat saja sudah aman dari hukum. Saya pun pelan melaju dengan motor saya, eh ternyata mereka dengan sikap yang kurang bersahabat sangat pelit untuk memberi jalan dan mengomel dengan kata-kata kasar, salah satunya saya dengar dengan bahasa jawa "taek" (kotoran manusia) sambil mengibarkan bendera dengan lafal arab. Tapi saya pun akhirnya mengalah dan lolos dari kepungan gerombolan yang menggunakan logo FPI (Front Pembela Islam).
Sampai di rumah, sambil menghela capek dan haus dengan air minum ke kerongkonganku, kunyalakan TV. Iya Metro TV, saya nyalakan. ada sebuah running text yang membuat aku penasaran. Massa FPI menyerang Aliansi kebangsaan di silang monas. Aku semakin penasaran dan kutunggu lagi kabar selanjutnya. Alamak, FPI dengan beringasnya memukuli massa AKB yang banyak juga terdiri dari wanita dan anak-anak dengan bambu-bambu. Ada kepala bocor, ada janggut pecah dan ada juga yang tersungkur. Polisi pun laksana diam seperti patung. Saya benar-benar teringat tentang ucapan Mega " Meski sebelumnya saya sudah mendengar akan adanya upaya dari kelompok yang mau mengganggu kita".
Sebuah ironi di hari Pancasila, hari jadinya NKRI. Apa jadinya negara ini jika bangsa ini menjadi beringas?sungguh Pancasila diambang punah.
Wednesday, 21 May 2008
Hari Kebangkitan Nafsu (Harkitnaf) politik
Cerpen Saja
Tugu Proklamasi, tanggal 20 Mei 2008 (11.00 WIB sd selesai) :
Siang itu yang mendung begitu syahdu. arak-arakan baju biru sudah banyak yang kumpul di tengah-tengah hamparan halaman Tugu Proklamasi yang terletak di Jalan Pegangsaan. Diwarnai dengan umbul-umbul yang beraneka ragam dalam kirab yang dilakukan oleh Barisan Pemuda-Pemuda Peduli Rakyat. Begitu terlihat elok. Dan pertunjukkan kesenian pun digelar dekat patung Proklamator kita. Banyak pemudi-pemudi (tentunya cewek ya)yang berjoget ria dan bernyanyi, juga berpuisi. Terlihat mereka cantik dan segar-segar laksana putri-putri raja. Di tengah riuh reda, Tak disangka dan dinyana, patung Proklamator yang berwajah flamboyan dengan membawa naskah melirik disertai senyum yang manis ke arah pemudi itu dan berkata dengan gaya kebapakannya"ah..kalian bangsa indonesia mengerti banget cara merayakan kebangkitan bangsa", sedang patung yang satu, yang berdiri menemaninya hanya menghela nafas panjang melihat tarian pemudi ala disko masa kini.
Setelah itu, Lagu indonesia raya pun berkumandang dengan indah. Dilanjutkan dengan puisi menggugah nasionalisme. Nah acara berikutnya seorang cewek cantik dengan enerjik membawa saxophone dan diiringi band pengiring mendendangkan lagu pop-pop masa kini. Iya, lagu dari Once yang berjudul Dea Lova begitu asyik terdengar, pun selanjutnya dengan lagu "i will survive" dengan rancaknya. Di saat lagu-lagu dikumandangkan, burung Garuda terhenyak kaget dan muka mencorong marah-marah "setan kaliannnnn! kamu kira disini bar atau diskotek sehingga kamu bebas berjoget-joget ria. Bubarrrr"
Gelora Bung Karno, tanggal 20 Mei 2008 (19.00 WIB sd selesai):
Gegap gempita berada di pusat kejayaan olahraga Indonesia
Gelora Bung Karno
Tarian cantik dibawakan oleh anak-anak negeri dari seantero negeri,
Mulai dari tarian saman aceh sampai tarian dari papua,
Instrumen lagu-lagu daerah mengalun enak membangkitkan kenangan tempo dulu waktu kecil. Namun semakin lama semakin aneh. Para penari bisu. Mereka tidak bisa bicara dengan menggunakan bahasa daerah dan juga berdasarkan dialek mereka sendiri?diganti dengan bahasa satu, bahasa instrumental.
Parade kedua, adalah TNI Angkatan Darat. Dengan diiringi sikap tegap dan barisan yang sangat rapi. Tentara yang menjadi tulang punggung pertahanan RI ini menunjukkan aksi-aksinya dengan tangan kosong. Mereka dapat mematahkan besi, batu bata segebok dengan tumpukan setinggi pagar, pokoknya oke punya lah. Tetapi perhatianku yang sangat kagum diusik oleh seorang anak kecil yang nyeletuk "kok tentara tidak bawa senjata sih, kan ntar ada musuh bisa ditembak deh kayak di game condition zero (game tembak-tembakan teroris dan tentara)", kupingku merah padam, dan sedikit geram mendengar pertanyaan nakal dan liar itu. Sungguh hal itu membuat atraksi itu tidak setakjub semula. Akhirnya aku memberi jawaban tak kalah ketusnya "kan namanya sudah diganti dari ABRI (Angkatan Bersenjata Rakyat Indonesia) menjadi TNI (Tentara Nendang -nendang Indonesia)".
Setelah para TNI dan Polri, kini giliran pendekar rakyat IPSI (ikatan Pencaksilat Seleruh Indonesia) unjuk kebolehan. Dengan umbul-umbul berwarna-warni mereka berlari memberi penghormatan kepada Bapak Presiden. Dengan sikap tegap tak mau kalah dengan para pendahulunya. Terdengar Tantowi dan Moudy Kusnaedi menjelaskan kehadiran para pendekar dari IPSI ini adalah bentuk pengejawantahan sumbangsih bela rakyat. Pencak Silat merupakan jati diri bangsa. Terpikir otak nakalku, bahwa budaya pencak batu, pencak golok, pencak klewang dan pencak-pencak lainnya adalah sebuah solusi yang lebih sering terlihat ketika silat-silat lidah terkalahkan, sudah tidak ada lagi musyawarah.
Akhirnya maju dua putri perwakilan juara (olimpiade astronomi dan matematic research) untuk menyalakan api kebangkitan. Mereka didaulat untuk mewakili pemuda Indonesia. Sembari berlari, mereka menunggu pidato Presiden. Yang Terhormat, Bapak Presiden pun membacakan pidato yang menggugah semangat. Dan akhirul kalam sebanyak tiga kali diucapkan "Indonesia Bisa,Indonesia Bisa, Indonesia Bisa" disertai penyalaan api oleh kedua juara. Sambutan meriah pun dilontarkan dari semua sektor di sudut-sudut Gelora Bung Karno. Disamping saya muncuk makhluk bernama Bisa yang keluar dari kamus besar bahasa Indonesia dan berteriak histeris "Pak Presiden, yang terhormat. Mohon mempertimbangkan menggunakan saya dalam pidato Bapak, apalagi untuk membuat kalimat yang akan diingat jutaan manusia. Saya tak sanggup. Saya adalah makhluk ambigu, bermakna ganda. Banyak orang bilang "saya bisa ini, bisa itu". Ternyata akhirnya kebalikannya. Juga saya identik dengan cairan racun yang dikeluarkan oleh ular. Nah saya takut meracuni jutaan orang indonesia. Mohon pertimbangkan dari lubuk yang paling dalam. Saya tidak berani menanggung beban moral itu pak". Tetapi akhirnya berjuta kata serapan seperti inflation, high economic menyerbunya dengan perkasa. Alhasil, Bisa kalah dan manut sendika dawuh untuk masuk lagi ke dalam kamus besar bahasa Indonesia.
Doa pun dipanjatkan oleh seorang putri kecil dengan alunan bahasa yang tertata indah dan mimik mengiba. Begitu pas dia mengilhami peran itu. Tetapi banyak penonton menyadari bahwa itu bagian acara dan bukan lagi sebuah ritual yang religius. Dan mereka pun bersorak dan bernyanyi tatkala para artis edo ondologit, 3 diva dan agnes menyanyi lagu-lagu penggugah semangat. Para penonton sudah tenggelam dalam alunan lagu seperti halnya mengilhami lagu-lagu pop indonesia yang membangkitkan perasaan emosinya. Semua hanyut gembira dalam acara tersebut. Sebuah pelepasan penat akan masalah krusial seperti kemiskinan, pengangguran dan keterbelakangan (dimana menjadi penyakit selama 100 tahun juga) yang jitu. Seolah beban derita lebur dalam tabuhan dan nyanyian. Selaksa pembenaran pepatah "kemarau setahun dihapus hujan sehari". Hujan air mata, hujan darah bangsa Indonesia.
Monday, 28 April 2008
Putuk Kursi
Hari itu aku melaju dengan naik sepeda motor Supra dengan seorang yang aku panggil Pak Agus. Dia adalah seorang guru di sebuah SMA yang dekat daerahku yakni daerah Mojosari, daerah persimpangan antara Mojokerto dengan Pasuruan lebih tepatnya. Yang paling aku suka adalah gaya khasnya yang lebih mirip koboi dengan semua atribut lengkapnya mulai sepatu Bot yang katanya milik anggota Hansip sampai dengan topi yang dikenakannya. Mungkin bedanya dia naik sepeda motor sedang preman barat itu pakai kuda saja.
Agenda siang itu adalah pengambilan gambar lokasi sumber sungai yang mengakibatkan bencana banjir di Wilayah Mojokerto yang konon baru pertama kali ini dari Jaman Mojapahit, Kota Raja bisa terendam sampai memporak porandakan sebagian tata kota dengan kerugian miliaran rupiah pastinya. Sebuah Handycam merek Sony aku tenteng dibelakang, rupanya Pak Agus benar-benar serius dalam pengambilan gambar sampai dia rela mengeluarkan kocek pribadinya hanya untuk beli handycam. Tetapi aku sudah lama kenal beliau, kalau sudah terjun dalam sesuatu pasti dengan sepenuh hati tak peduli waktu, biaya ataupun tenaga. Dan sepertinya karena faktor itu juga yang membuat ekonominya harus babak belur meski berstatus PNS yang didaerahku masih termasuk orang terpandang.
Pak Agus dengan lihai memainkan setir si kuda besi melewati terjalnya ruas jalan yang semakin lama semakin tek beraturan. Dalam hatiku menggerutu kurang ajar benar memang kontraktor Departeman Kimpraswil membangun jalan saja kok tidak becus masak kalah sama Belanda yang bisa bangun jalan dari Anyer sampai Panarukan pada masa lalu sampai sekarang tetap dapat berfungsi dengan baik. Hamparan hijau dari warna pepohonan menyapa dengan dahannya yang gemulai. Kadang juga pemandangan hot juga menghampiri pandanganku ketika pasangan muda-mudi lagi mojok disela-sela belukar. Tahu aja mereka tempat yang tepat berbagi sebab hawa dingin jelas merasuk tubuh makhluk berdarah panas yang ada disekitarnya. Kuhirup udara segar dan kulepaskan pelan-pelan seakan tidak rela candu Gusti Allah itu lepas dari lubang hidungku. Sekali waktu belokan tajam tak dapat terhindari tapi memang boleh juga kemampuan manusia 43 tahun ini.
“hai ini lho tempat Gajahmada dulu disumpah oleh Dewan Majapahit yang terkenal dengan Sumpah Palapa” Kata pak Agus membuyarkan lamunanku
“Lho Bapak tahu darimana, dari SMP sampai SMA maupun buku-buku ataupun peta tidak ada kok tertulis daerah Pacet ini ada hubungannya dengan daerah Majapahit” protesku sembari memberi argumentasi sejarah pada Pak Agus.
“Orang Indonesia adalah orang yang teraneh di dunia. Suka sekali percaya pada data-data statistik yang mereka tahu sendiri itu adalah tidak sesuai dengan fakta. Jaman orde baru kita “diwajibkan” percaya data statistik bahwa negara kita dari tahun ke tahun semakin kaya tapi kita pun tahu bahwa dari dulu kita cuma kaya utang thok”
“Jadi Pak Agus tahu darimana?”
“Dari Allah”
“maksud Pak Agus lewat tapa alias semedi?”
“orang islam tapa dan semedinya itu dalam sholat sayang”
Tak lama kita melewati apa yang disebut Putuk Kursi oleh Pak Agus itu, sampailah kami pada desa yang bernama Pacet dan kita berhenti di suatu kedai kopi kecil ukuran 4m X 4m . Disitu kita memesan kopi hangat serta ubi godhog. Seorang ibu tua menyajikan pakanan desa itu dengan cepat dan aku pun tak kalah jemput bola dengan mereguk kopi yang sungguh terasa nikmat aroma maupun rasanya. Sementara itu Pak Agus terlihat begitu akrab dengan penduduk kampung dan tampak ada pembicaraan serius. Dari istilah yang berhasil aku rekam kayaknya mengarah topik reboisasi hutan. Mereka sebut juga ada kelompok warga desa akan berkerjasama dengan TAHURA untuk menyelamatkan hutan yang gundul. Sedang disini Pak Agus termasuk dalam unit penerangan dan informasi yang menyediakan dokumentasi pelaksanaan kegiatan penduduk.
Adalah kebiasaan bagi warga kita baru bergerak jika musibah telah terjadi. Adapun kerusakan hutan akibat penjarahan tersebut sudah berlangsung puluhan tahun lalu sehingga hutan yang dulunya menghijau tampak meranggas dan seolah tak bergairah. Dan juga omong kosong jika adanya perhatian serius dari Pemerintah mengenai kejadian ini. Bencana banjir yang menimpa Mojokerto pada Januari 2004 seakan menjadi souvenir yang berharga dari Yang Maha Kuasa agar kita selalu ingat dan tak terbius oleh nafsu yang ingin selalu instan dalam menggapai sesuatu.
Setelah lama berbincang akhirnya kita menuju sungai yang terletak persis di atas sungai Brantas. Disitulah lokasi tempat pengambilan gambar. Jelas sekali banyak sawah yang terseret oleh deras ombak. Begitu pula batu batu utuh sebesar setengah gajah menggelinding dan akhirnya bertabrakan membuat alunan melodi gemuruh laksana guruh di waktu hujan. Setelah satu jam kita melakukan shooting akhirnya kita pulang tepatnya sehabis Maghrib diiringi hujan rintik-rintik yang menawar keringat kami. Sampai dirumah aku langsung menuju jeding membasuh badanku dengan air segar dan aktivitas penutup pada hari itu bisa ditebak apalagi kalau bukan tidur lelap.
II
Esok yang benderang mengingatkan aku tentang suatu hari yang disebut Pilpres yang ke 2 pada 20 September 2004. Ya Plipres akan menghasilkan juara baru, yakni BOM (Bambang Or Mega). Kucuci mataku dan eh aku lihat TV pas jam 17.00 WIB Quickcount menyatakan SBY menang 62;38% . Langsung pikiranku membayangkan sosok yanng tegap, ganteng, berbicara dengan bijak serta sopan. Sangat jarang dijumpai seorang dari kalangan militer tulen mempunyai kemampuan berpidato dan analisa yang jernih yang mungkin hanya bisa dikalahkan oleh Eep Saefullah Fatah dalam analisisnya. Tapi di lain pihak saya membayangkan Ibu yang dengan senyum dan berbaju merah berbicara dengan suara sedikit serak tetapi enak didengar. Ya Ibu Mega harus turun tahta karena keinginan sebagian besar rakyat Indonesia dalam Pilpres 2004 ini.
Bukan rahasia bila kekuasaan pun bisa merubah sejarah dan memutarbalikkan fakta, bukan rahasia bila aku adalah seorang pemimpi dan aku bukanlah satu-satunya di dunia ini*). Seperti sandiwara raja-raja Kerajaan Jawa yang selalu membuat hasil karya entah prasasti, kitab atupun candi yang ingin agar mereka dikenang dan ditulis dengan tinta emas terjadi juga dalam dunia Indonesia sekarang. Ungkapan sejarah hanyalah perulangan dari kejadian tepat sekali. Mega Fakta, kuis yang diterbitkan oleh Yayasan IMM atau juga lewat kampanye didengungkan keberhasilan meletakkan dasar ekonomi yang maju, memperoleh pendapat pajak terbesar dalam sejarah atupun mengurangi penduduk miskin sampai 16% (mungkin yang super melarat tidak dihitung oleh BPS ya). Paling tidak jika jadi presiden nama kita akan dikenal dan dihafal oleh siswa-siswi SD dalam pelajaran sejarah atau juga kaki kita akan tertancap di prasasti Hall of Famenya Istana Merdeka yang terletak disisi Monas. Sebagai manusia Indonesia yang seutuhnya karena saya pernah ikut P4 maka saya ingin sekali orang miskin tidak ada lagi atau kalau ada ya dipelihara oleh negara sesuai pasal 34 UUD 1945 (manis banget ayatnya ya), juga pendidikan murah dan bermutu (mencerdaskan kehidupan bangsa, lha wong sekarang lulusan SMA saja nggak bisa bahasa Inggris yang baik dan benar. Terus lagi aku anake wong ngarit
Mempunyai keinginan sekolah di Universitas Airlangga yo mimpi yo, kan sekarang sekolah itu bisnis. Jer Basuki Mawa Bea, mungkin sekarang bisa diartikan nduwe panjer lan susuki torano, kowe baru bisa kuliah), dan juga perluasan kesempatan kerja (masak kerjaan kita mengirim babu-babu ke luar negeri saja, malu khan. Kita khan negara besar, Zamrud Khatulistiwa lho terbentang dari Sabang-Merauke diapit Samudera besar Hindia dan Pasifik dari 6 LU-11 LS dan 95 BT-141 BT. Aduh alangkah kayanya kita ya, alangkah sejahteranya…..eh belum toh).
Lir-ilir lir ilir
tandure wis sumilir
Tak ijo royo royo
………………
Cah angon cah angon
Penekno blimbung kuwih
Lunyu-lunyu penekno
Kanggo mbasuh dada tiro
……………
.
Sebuah lirik lagu Jawa yang akrab di kalangan masyarakat pedesaan dan mengandung makna yang dalam bagi wong abangan. Suasana ekonomi dan politik yang panas sangat terasa dalam cuaca kehidupan masyarakat pada umumnya. Jika cuma misuh-misuh itu mungkin dalam konteks yang wajar sebab itu karena panasnya dada ini. Di lirik ini disebutkan cah angon, dalam masyarakat sekarang pengasuh yakni ulama atau aparatur negara. Dengan keadaan yang sekarang ini masyarakat butuh untuk diayomi, diperjuangkan atau dilayani biar suasana dingin sejuk seperti ilir ilir sing ijo royo-royo.
Putuk kursi oh putuk kursi. Jika memang tanah Jawa ini ditakdirkan sebagai tanah perebutan kekuasaan maka kami menerima ya Robbi. Tetapi kami juga memohon sudahilah pertumpahan darah yang laksana perebutan tahta dii Singosari. Hadirkanlah Jaman Majapahit yang selalu memayu hayuning buwono dengan ridhomu. Ya buat bapak SBY, ber-palapal-lah sampai cita-cita negeri ini tercapai seperti Gajah Mada yang juga dari militer dan telah memeluk islam meski tanpa prasasti tanpa tahta saat dia meninggalkan bumi ini (ilang sengkalaning bumi).
oleh Lisno Setiawan, 12 Oktober 2004
Catatan:
- Cerpen ini juga menjadi saksi bahwa harapan rakyat tergadaikan
*) Lirik lagu Dewa berjudul “Bukan Rahasia” (Album Cintailah Cinta)
Wednesday, 16 April 2008
Pojok Ronda : Sang Primadonanya Hutahuruk
Akhirnya ngobrol2 pun dimulai dengan ditemani kopi dan kacang godog yang segar :
DR. Akbar : Gimana kabarnya?
Hutahuruk : baik. anda sendiri?
Dr Akbar : Baik juga
Hutahuruk : bos pemilu tinggal sebentar lagi ya?kayaknya sih bakal ramai nih. Kan banyak calon yang sudah sesumbar bakal maju. Jenderal anu saja sudah buat iklan.
Dr Akbar : Oh ya benar itu. UU pemilu sudah digodog di DPR lho. Nah inilah yang akan menjadi aturan pesta rakyat itu?
Hutahuruk : kira-kira siapa ya yang akan menang di pemilu ke depan?
Dr. Akbar : wah terlalu dini itu. Ya kita lihatlah peta politik menjelang hari H nya.
Hutahuruk : Tapi saya sudah malas nyoblos pak?
Dr Akbar : lho kenapa?ini kan pesta rakyat?5 tahun sekali lho...
Hutahuruk : iya memang, ini pesta rakyat. Tapi saya bingung untuk mencari figur pilihan yang pas. Yang jujur dan benar2 bisa menyejahterakan rakyat.
Dr Akbar : Ya berarti kamu sudah pegang visi. Sekarang kan tinggal pilih, mana yang menurut mendekati dari kriteria calon tersebut?
Hutahuruk : Lho oleh karena harus milih calon itu saya gk bisa?saya tidak bisa menebak sang calon?
Dr Akbar : begini, anda sebelum memilih harus melihat latar belakang calonnya?nah jika menurut anda gk memuaskan ya gk usah dipilih. simpel kan....
Hutahuruk : Iya bapak ini, enak pinter dan berwawasan luas. Nah kalau saya sih gk pak. Saya bingung milih karena kok sekarang makin banyak saja korupsi oleh pejabat dan juga harga pangan semakin meningkat. Saya bingung kok banyak orang di Indonesia yang merasa pintar gitu...masak harus saya coblos semua...
Dr Akbar : Ya karena kita memang banyak kader yang potensial
Hutahuruk : kok di amerika cuma dua orang pak
Dr Akbar : kan mereka partainya cuma dua
Hutahuruk : Lho di Indonesia itu partainya satu kadang mau nyalonin dua, tuh buktinya waktu pilihan 2004. satu jadi capres satu lagi jadi wapres
Dr Akbar : itu namanya politik asosiatif. Sehingga mereka bisa melaksanakan visi pembangunan berdasarkan mufakat partainya.
Hutahuruk : iya, tapi kenapa negara kok tambah susah.minyak naik....harga pangan naik...ntar darahku naik juga...
Dr Akbar : ini kan semua resesi terjadi di dunia. Semua pimpinan pun akan mengambil kebijakan sama dengan yang saat ini
Hutahuruk : Nah anda menambah bingung saya lagi, katanya semua berpotensi kok semua malah mau nambah susah rakyat?
Dr Akbar : bukan begitu bung...maksudnya adalah pasti ada yang terbaik dari yang semuanya
Hutahuruk : saya mengerti ucapan itu pak (sambil mengangguk2, dan mengingat2 slogan di media massa tahun 2004 yang mengatakan "pilih yang terbaik dari yang terburuk")
Friday, 4 April 2008
Pojok Ronda : pertumbuhan ekonomi dan upah borongan
Badrun : Pak saya baca surat kabar bahwa pertumbuhan ekonomi itu naik jadi ekonomi kita naik ya (mengawali pembicaraan dengan penasaran setelah membaca koran tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia)...
Dr Sardjito : Begini drun, pertumbuhan ekonomi itu dihitung berdasarkan statistik yang merupakan persentase kenaikan produk domestik bruto dari suatu bangsa. Nah jika pertumbuhan naik maka secara keseluruhan ekonomi kita ya naik
Badrun : Pak, jika ekonomi kita naik, berarti gaji kita naik dong?
Dr Sardjito : Nah jika gaji yang kamu maksud itu dihitung dengan pendapatan per kapita. Sedang pendapatan per kapita dihitung dari pendapatan negoro semua. Jadi penghasilan setiap orang seharusnya naik. Penghasilan lho drun bukan gaji.
Badrun : kenapa upah boronganku gk naik?
Dr Sardjito : nah upah borongan iku kan gk masuk dalam ketentuan UMK, kamu besok kerja besok tidak gt?
Badrun : nah itu kenapa pak saya gk masuk UMK?
Dr Sardjito : itu sudah ketentuan drun, ini yang menentukan pemerintah lho, mereka itu pintar dan sudah memperhitungkan;
Badrun : jika upah borongan gk naik kok harga2 sudah naik, jadi saya makan apa?
Dr Sardjito : Nah harga pangan naik itu karena hukum ekonomi yang dinamakan suply nya makanan itu kurang jadi naik, belum lagi masalah harga BBM, wah ini panjang ceritanya. Pokoknya berdasarkan hitungan statistik harga harus naik. Ini hitungan juga gk main2 lho
Badrun : saya itu gk main2 juga pak, kalau main2 keluargaku akan mati karena terkena gizi buruk kayak di TV itu
Dr Sardjito : Ya kamu dong kalau menawar upah borongan yang besar jadi upahmu jadi besar:
Badrun : Bagaimana menawar pak, lha sekarang orang mau mendirikan bangunan saja jarang. Jika masih ada orang yang ngajak saja itu sudah untung;
Dr Sardjito : (diam sejenak) sabar, sabar...
Badrun : (menjawab dalam hati : itu sih makanan saya tiap hari)